Monday 21 March 2011

Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 – yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya.
Psikologi sebagai bagian dari filsafat
Masa Yunani
Masa Abad Pertengahan
Masa Renaisans
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Masa Pasca Renaisans
Psikologi sebagai ilmu yang mandiri
Masa akhir abad ke-19
Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dalam berbagai school of thought. Kalau Wundt meletakkan dasar bagi psikologi dengan pandangan strukturalisme, maka selanjutnya berbagai aliran utama yang muncul adalah sebagai berikut.
Fungsionalisme
Behaviorisme
Psikoanalisa
Psikologi Gestalt
Psikologi Humanistik
Melalui pemahaman sejarah psikologi ini, diharapkan akan muncul pemahaman yang lebih utuh tentang apa itu psikologi.
1. Masa Yunani (Hellenic Period)
PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT
Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama yang selalu berulang :
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods? Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause’.
Comte: causal explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusiaMasa Pra Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitif yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi otoritas para spirit.
Kejayaan masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno).



2. Abad Pertengahan
AKHIR MASA HELLENISTIC
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.
MASA ROMAWI
1. Konteks sosial :
Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial. Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi. Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
2. Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang manusia:
Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
Fokus yang dibicarakan :
Dikotomi aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi reaksi.
Dikotomi passion - reason manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
PENGARUH KEKRISTENAN
1. Konteks sosial :
• Masa penyebaran agama kristen dengan tokoh yesus sebagai perwujudan "manusia sempurna" beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
• Paham tritunggal yang mengandaikan x=3x
• Gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat
• Peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama.
• Secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral.
• Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.
2. Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :
• Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
• Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan
• Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
BEBERAPA TOKOH
St. Agustinus (Filsuf pertama pada masa Kekristenan).
Tuhan adalah kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image dari Tuhan.
Pentingnya eksplorasi spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan kebenaran.
Sumbangan bagi psikologi : metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan transendensi.
Dalam psikologi modern teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar seperti strukturalisme (teknik utama untuk menggali jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
Thomas Aquinas
Mentransformasikan pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
Namun demikian, banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang dapat mewujudkannya.
Sumbangan bagi science/psikologi modern :
Pengubahan mutlak dari Aristoteles’ natural science
Pengembangan dualisme

Sepanjang masa ini, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern awal mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap dijunjung sebagai otoritas tertinggi.
Konteks sosial dan intelektual
Masa Rennaisance
Masa ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
Masa Renaissance diikuti oleh masa reformasi dari Luther dalam agama Kristen, yang memiliki dua arti penting. Pertama, reformasi Luther semakin melemahkan pengaruh gereja dan mendukung kemandirian manusia dalam mengelola imannya kepada Tuhan. Kedua dengan peperangan yang ditimbulkan reformasi, terungkap pula sisi negative dari kemanusiaan seperti penindasan, penderitaan, dan rasa tidak berdaya manusia.
Masa Revolusi Ilmiah
Ada beberapa pandangan penting tentang manusia pada masa ini :
Pola pikir yang lebih mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti alam memiliki sistem, dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual belaka. Manusia juga memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk total kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
Teori Newton tentang gravitasi
Heliosentris Copernicus (bertentangan dg Galileo)
Mind-body solution dari Descartes
Nature philosophy : alam diatur menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat dibuktikan lewat eksperimen. Memahami alam harus diikuti sikap mental pengujian fakta obyektif dan eksperimental.
Implikasinya adalah munculnya diskusi tentang. ‘knowledge’ yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang menggunakan pendekatan empiri menjadi semakin dominan, sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat dirasakan pengaruhnya. Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the queen of science’, dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.
Pengaruh pada psikologi: (klik pada tab untuk melihat isinya)
Usaha Menerangkan Psikologi secara Ilmiah Semu.
Ada masanya juga psikologi dicoba untuk dijelaskan melalui beberapa ilmu yang berkembang tanpa metode yang betul-betul ilmiah. Ilmu –ilmu ini dikenal sebagai ilmu semu, seperti phrenologi, phisiognomi, dan mesmerisme. Gejala yang sampai sekarang terasa pada munculnya ‘parapsikologi’.

3. Pasca Renaisans

PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI ILMU FAAL
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal muncul pada abad 19 seiring dengan kemajuan ilmu alam (natural science) . Pada fase ini pemikiran tentang manusia terus berkembang dan banyak dilakukan eksplorasi fisiologis manusia secara empiris.
Pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu:
Apa itu jiwa (soul)?
Bagaimana bentuk konkritnya?
Bagaimana mengukurnya?
Bagaimana hubungan body-soul ?
Konteks keilmuan abad 19 :
Riset empirik yang banyak dilakukan pada bidang fisiologis mencakup : aktivitas syaraf, sensasi/penginderaan, dan fisiologis otak. Hasil riset pada ketiga bidang ini sangat signifikan membuka wawasan mengenai manusia sehingga memperkuat pandangan para ilmuwan saat itu akan pentingnya strategi empiris yang sistematis dalam setiap bidang keilmuan.
Bagi psikologi hasil-hasil ini memberi jalan untuk membangun dasar fisiologis bagi operasi-operasi mental. Penting untuk memahami secara logis dan empiris mengenai aktivitas mental itu sendiri
Menjelaskan posisi ilmu psikologi modern yang dekat dengan bidang kedokteran dan psikiatri.
Francis Bacon (1561-1626)
Menganjurkan metode induktif sebagai metode utama dalam science karena berangkat dari hasil observasi terhadap sesuatu yang nyata. Dengan demikian ia menantang pendapat Aristoteles dan the Scholastic bahwa metode deduktif – induktif sama kuatnya.
Dalam konteks seperti di ataslah dikatakan bahwa Bacon ‘tidak setuju’ dengan rasionalisme yang spekulatif, meskipun idenya sendiri juga sangat rasional.
Dengan kembali pada fakta yang nyata, Bacon berharap science dapat terbebas dari prinsip-prinsip yang spekulatif namun selama ini sangat kuat dipegang
Ada 3 pergerakan utama di bidang science yang mempengaruhi berdirinya psikologi sebagai ilmu mandiri dan bagaiamana perkembangan disiplin ilmu itu di abad 20 :
Perkembangan dalam dunia psikiatri
Sumbangan dari dunia psikiatri terutama pada eksplorasi gejala-gejala patologis kejiwaan dan pengayaan dalam bidang metodologi. Bidang ini terutama terkait dengan psikologi klinis.
Tokoh :
Kraepelin : penggolongan psikosis, determinan fisiologis dari kelainan jiwa, penyusunan tes psikologis untuk penderita kelainan jiwa.
Kretschmer: hubungan bentuk tubuh dan kelainan kejiwaan, dan tipologi bawaan




4. Abad ke-19
PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU MANDIRI
Konteks sosial dan intelektual
Pada akhir abad 19, dengan perkembangan natural science dan metode ilmiah secara mapan sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual Eropa sudah ‘siap’ untuk menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan formal.
Tanah kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman dan orientasi intelektual Wilhelm Wundt, orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu.
1. Konteks sosial Jerman
Konteks ilmiah Jerman pada abad 19 ditandai dengan mulai berdirinya institusi universitas dengan misinya untuk membentuk manusia berkualitas (berbudaya dan memiliki integritas) dan penyedia tenaga kerja yang professional.
Ilmu psikologi didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menyumbang pada pembentukan Bildungsburger, culturally educated citizens. Maka psikologi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai kualitas manusia ideal Jerman. Sebagai sebuah ilmu yang hubungannya paling dekat dan paling langsung dengan manusia, psikologi berada di antara dua kepentingan : hubungannya dengan ilmu-ilmu yang kongkrit dan aplikatif dan hubungannya dengan ilmu-ilmu kemanusiaan seperti filasafat, teologi.
Wundt sendiri menganggap psikologi sebagai bagian dari filsafat. Namun dengan berkembangnya karir pribadinya, ia mulai menentukan batas-batas yang dapat dilakukan psi. sebagai sebuah ilmu alam, khususnya psikologi eksperimen. Dasar berpikir Wundt tentang psikologi menunjukkan bagaimana posisi psikologi dalam dua kepentingan itu sendiri. Baginya kesadaran manusia (consciousness) terdiri dari elemen-elemen. Namun elemen ini tergabung dalam kesatuan yang lebih besar melalui human will.

2. Riwayat dan pemikiran Wundt.

Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya pada masa-masa ini adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874.
Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.
Selama di Leipzing, Wundt adalah seorang pengajar yang sangat produktif, membimbing 200 mahasiswa disertasi, mengajar lebih dari 24.000 mahasisiwa, serta menulis secara teratur.Pada tahun 1900 ia memulai karya besarnya, Voelkerpsychologie, yang baru diakhirinya pada tahun 1920, tahun dimana ia wafat. Karya ini berisi pemikirannya tentang sisi lain dari psikologi, yaitu mempelajari individu dalam society, tidak hanya inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat dikatakan sebagai jejak pertama Psikologi Sosial.
Pemikiran Wundt terbagi atas beberapa point penting:
Adanya ‘an alliance between two science’, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah yang memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran penting:
Secara metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen lebih ‘layak’ digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan, yaitu ‘introspection’. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau obyek yang koheren.
Dengan aliansi ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan dunia natural science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul (jiwa), kini mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke dalam elemen fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka dimungkinkan juga terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi neurologis.
Melalui aliansi dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu fisiologis, psikologi lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah ilmu yang mandiri
Pandangan tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya.
Pemahaman Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu “..as the study of the mind and the search for the laws that govern it..” (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian, pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan intelektualitasnya.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses ketidaksadaran / unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ‘study of the mind’.
Research Method for Psychology, adalah fokus pemikiran Wundt selanjutnya. Idenya tentang metode juga berkembang sejalan dengan kematangan proses intelektualnya.
Metode yang pertama kali dianjurkan Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi psikologis adalah eksperimental self-observation/introspection, pengembangan dari metode perenungan (armchair subjective introspection) yang sering dipakai dalam filsafat. Metode ini dilakukan oleh Wundt dg cara sangat terkontrol sehinga dapat direplikasi. Metode ini dilakukan di bawah pengawasan ketat dari seorang eksperimenter yang terlatih. Subyek dimasukkan ke dalam situasi lab yang terkontrol dan diminta melaporkan secara sistematis pengalaman yang dihasilkan dari situasi tersebut. Eksperimenter mencatat hasil ini secara mendetil.
Metode eksperimental introspection di atas sangat diutamakan oleh Wundt dalam penelitian-penelitiannya pada masa ia memahami mind sbagai studi yang mencakup unconsciousness. Metode ini dianggap lebih unggul daripada introspeksi yang tradisional (armchair introspection) karena lebih mampu menjangkau tahap unconsciousness daripada yang terakhir.Selain eksperimental introspection, Wundt menemukan metode lain, yaitu comparative-psychological dan historical-psychological. Metode eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek dewasa yang normal. Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan kejiwaaan dilakukan comparative-psychological guna melihat perbedaan mental mereka. Sedangkan historical-psychological adalah metode untuk melihat perbedaan mental individu dari ras dan kebangsaan yang berbeda. Sebagai seorang yang dipengaruhi pemikiran Darwin, Wundt percaya bahwa perkembangan psikologis individu dapat dipelajari dengan cara melihat sejarah perkembangan manusia itu sendiri. Pada saat pandangan Wundt tentang mind terfokus pada level kesadaran, metode introspection mulai dibatasi penggunaannya, dan Wundt beralih pada metode eksperimen laboratorium modern, dimana yang dipentingkan adalah kemungkinan duplikasi yang eksak.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie.
Principles of Physiological Psychology, dalam karyanya ini Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna akan lebih diingat daripada yang muncul secara random, serta karakteristik dari kesadaran manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu bentuk operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi :
Pleasant vs unpleasant
High vs low arousal
Concentrated vs relaxed attention
Teori ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat kontroversial.Ide tentang abnormalitas kesadaran dari Wundt dibangun melalui diskusi-disksui dengan para psikiater terkenal masa itu, Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya proses berpikir hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol.
Voelkerpsychologie, adalah karyanya yang berfokus pada metode historical psychological. Mind individu adalah hasil dari sebuah perkembangan species yang panjang. Maka usaha untuk memahami perkembangan mind harus dilakukan dengan cara menjajagi perkembangan sejarah peradaban manusia. Sejarah adalah cara untuk sampai pada psikologi manusia secara intuitif.
Dalam eksplorasi sejarah perkembangan ini, Wundt sampai pada kajian yang detil dan sistematis tentang perkembangan bahasa manusia. Hasil kajian ini dianggap sebagai prestasi besar dalam dunia psikologi dan meletakkan dasar bagi bidang psikolinguistik. Wundt memandang bahasa dalam dua seginya, dari aspek linguistik dan aspek kognitif. Bahasa menggambarkan bagaiamana proses kognitif berjalan dan menggambarkan juga tingkat abstraksi individu.
Jasa utama Wundt dalam bidang psikologi adalah usahanya untuk memperjuangkan diterimanya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri tidak bertahan lama dan bahkan murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan pemikirannya. Dalam konteks perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu,Wundt lebih tepat dianggap sebagai seorang figur transisi yang menjembatani aspek filosofis dari psikologi di masa lalu dengan ciri terapan dan natural science dari psikologi di masa depan. Para murid Wundt juga lebih tertarik untuk mengembangkan psikologi ke dua arah tsb : natural science dan applied science.
3. Strukturalisme: E.B. Titchener
E.B. Titchener adalah salah satu murid Wundt yang dianggap paling mendukung pandangan Wundt, meskipun sebenarnya banyak pandangan Wundt yang ditentangnya, dan akhirnya dia mengembangkan alirannya sendiri, structural psychology.
Titchener berkebangsaan Inggris. Ia belajar di Oxford dalam bidang filsafat sebelumnya beralih ke fisiologi. Berdasarkan pengalamannya menterjemahkan buku Wundt ke dalam bahasa Inggris, Titchener tertarik pada ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig untuk menjadi murid Wundt. Setelah menempuh pendidikan di bawah Wundt dan sempat mengajar sebentar di Inggris, Wundt pindah ke Amerika, mengajar di Cornell University hingga akhir hayatnya di tahun 1927. Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural psychology yang dijalaninya menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya yang khas Amerika, seperti fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener tidak terpengaruh kepada dua aliran besar tsb dan tetap berpegang pada strukturalisme hingga akhir hayatnya.
Aliran strukturalisme mendasarkan diri pada konsep utama Titchener, yaitu sensation. Konsep utama ini membawanya kepada pertentangan dengan Wundt dan konsep apperceptionnya. Berbeda dengan apperception yang merupakan hasil kesimpulan, sehingga masih memungkinkan subyektivitas, sensation adalah hasil pengalaman langsung, sehingga lebih obyektif. Lagipula proses atensi yang menjadi fungsi apperception selalu dapat dikembalikan kepda sensasi menurut Titchener
Tiga pemikiran utama strukturalisme Titchener:
Identifikasi elemen sensation yang mendasar. Semua proses mental yang kompleks dapat direduksi ke dalam elemen mendasar ini. Sebagai contoh, Titchener menemukan 30.500 elemen visual, empat elemen pengecap, dsb. Titchener menggunakan metode experimental introspection untuk menggali elemen sensasi dasar ini, metode yang dipelajarinya dari Wundt. Namun di tangan Titchener, metode ini lebih elaboratif, karena sifatnya tidak hanya deskriptif tetapi juga analisis yang retrospektif.
Identifikasi bagaimana elemen dasar sensasi ini saling berhubungan untuk membentuk persepsi, ide dan image yang kompleks. Hubungan ini bersifat dinamis dan selalu berubah sesuai dengan berubahnya elemen dasar, jadi bukan proses asosiasi.
Menjelaskan bekerjanya mind. Titchener tidak setuju bahwa mind dijelaskan melalui proses psikologis (higher mental process) seperti yang dilakukan Wundt. Mind harus dijelaskan berdasarkan proses fisiologis, yaitu aktivitas sistem syaraf. Karena proses fisiologis lebih observable daripada proses psikologis.
Aliran strukturalisme tidak berkembang menjadi aliran yang besar. Aliran ini menghilang bersamaan dengan wafatnya Titchener.
5. Fungsionalisme
A. Konteks sosial politik dan intelektual AS
Pada abad 19, Amerika Serikat (AS) terbelah karena Perang Saudara. Bangsa ini memasuki abad 20 dengan optimisme pasca Perang Saudara, dengan semangat persatuan dan kemakmuran di bidang ekonomi dan politik. AS juga bersiap untuk menjadi negara yang dominan di dunia.
Optimisme yang sama juga ada pada dunia akademik, universitas berkembang, para ilmuwan yang kembali dari mencari ilmu di Eropa mulai mengembangkan iklim intelektual di AS.
Psikologi masuk ke AS bersamaan dengan optimisme di bidang ekonomi dan akademik ini dan disambut dengan antusias oleh masyarakat AS sebagai ilmu baru yang berprospek cerah.
AS banyak menyerap ide pemikiran dari Eropa, contohnya ide tentang empirism, model pemikiran John Locke mengilhami Declaration of Independence, setiap manusia dilahirkan sama dengan hak asasi yang sama.

B. Pemikiran-pemikiran pendahulu
Filsafat pragmatisme Amerika
Filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang asli berasal dari AS. Sistem filsafat ini lebih menekankan hasil daripada metode, menerima beraneka ragam metode dan pendekatan untuk menghasilkan pengetahuan. Iklim pragmatis di AS lebih menekankan pada bagaimana manusia menjalani proses-prosesnya dan tidak terlalu menekankan pada apa atau siapakah manusia itu.
Dicetuskan oleh kelompok orang muda yang upper class dari Boston, a.l. William James
Konsep utama : perilaku manusia digerakkan oleh belief yang dimiliki. Belief berkembang menurut prinsip evolusi “survival of the fittest”, yang dipertahankan adalah yang paling dibutuhkan manusia. Melalui proses inilah terbentuk perilaku manusia dan habit.
Teori Evolusi Darwin
Pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungannya, ia harus beradaptasi.
Proses adaptasi inilah yang menyebabkan terjadinya seleksi alam, baik dalam artian kelompok species yang unggul (Darwin) maupun dalam arti karakteristik dari species yang bertahan, misalnya anggota tubuh (Spencer).
Proses adaptasi sifatnya spesifik, hanya berlaku untuk lingkungan tertentu. Suatu kelompok species yang well-adapted dalam suatu lingkungan bisa saja tidak dapat beradaptasi pada lingkungan lain.
Sebagai seorang dualist yang percaya pada pemisahan mind-body, Darwin mengaplikasikan juga pandangannya ini kepada perkembangan fungsi mental makhluk hidup. Kelompok makhluk hidup yang paling sukses dalam beradaptasi dengan lingkungannya adalah mereka yang memiliki fungsi mental paling tinggi, dalam hal ini adalah manusia.
Pentingnya adaptasi ini menyebabkan aliran fungsionalisme sering dipandang sebagai ‘psychology of adaptation’.
Sir Francis Galton
Sepupu Darwin yang banyak menerapkan teori Darwin ke dalam bidang psikologi.
Menekankan pada aspek hereditary (bawaan) sebagai penentu kualitas fungsi mental manusia. Lingkungan tidak berperan. Berdasarkan studinya pada keluarga-keluarga terpandang, ia menyimpulkan bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang diturunkan.
Sejalan dengan pandangan teori Darwin, ia juga percaya akan adanya variasi yang konstan dalam fungsi mental, yang dikenal sebagai individual difference.
Adanya perbedaan individual ini membawanya kepada pemikiran perlunya pengukuran akan perbedaan fungsi mental manusia. Hal ini dapat dilakukan melalui statistic dan teknik pengetesan sebagai pengukuran kapasitas mental manusia.
Kecerdasan/inteligensi manusia dapat diukur melalui ketajaman penginderaannya. Mereka yang memiliki penginderaan yang tajam adalah mereka yang cerdas.Selanjutnya hasil pengukuran ini harus dapat dituangkan ke dalam penggolongan manusia sesuai tingkat kecerdasannya. Hal ini dpat dilakukan melalui teknik statistik psikologi.
Galton juga percaya bahwa kelompok ras yang berbeda dari manusia bertahan di bagian yang berbeda-beda di bumi ini sebagai hasil dari adaptasi terhadap lingkungan mereka.
William James
Seorang pendahulu yang dianggap paling penting untuk aliran fungsionalisme. Pendidikan awalnya adalah seorang dokter dan ia pertama kali mengajar fisiologis di Harvard pada tahun 1872. Semenjak tahun 1878 ia mendalami filsafat dan psikologi serta mendapat gelar professor untuk kedua bidang tsb. Menurut Lundin (1991), James lebih muncul sebagai seorang filsuf daripada seorang psikolog. Pengaruhnya sangat kuat pada aliran fungsionalisme, terutama kelompok Chicago school.
Karya utamanya adalah Principles of Psychology. Karya yang sering dijadikan rujukan untuk mahasiswa psikologi tahun awal adalah Psychology : Briefer Course.
Definisi dan ruang lingkup psikologi. Psychology is the science of mental life, both of its phenomenon and of their conditions” Fenomena adalah subyek dan kondisi adalah proses fisiologis di otak. Psikologi adalah natural science.
Metode psikologi. Ada tiga metode utama dalam psikologi:
Introspection
Merupakan metode penting dan utama dalam psikologi. Introspeksi yang dimaksud sangat berbeda dengan introspeksi dalam aliran strukturalisme. Bagi James, introspeksi adalah kecenderungan alamiah manusia, kemampuan untuk menyadari apa yang telah terjadi.
Experimentation
James mengakui metode ini sebagai metode penting namun tidak pernah melakukannya sendiri. Ia menganggap metode ini perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Comparative method
Metode tambahan yang dapat digunakan untuk psikologi anak-anak, binatang, orang primitif, dan penderita gangguan mental.
Dalam pandangan-pandangannya yang lain, tampak jelas bahwa bagi James, proses fisiologis di otak dan di dalam tubuh manusia adalah representasi dari proses mental dan hal ini adalah penentu tingkah laku dan menentukan bagaimana manusia mempersepsikan lingkungan. James juga mengakui adanya proses habituasi yang otomatis dan semakin tidak disadari, meskipun meninggalkan jejak dalam benak manusia. Baginya, proses mind lebih penting daripada elemen-elemen mind itu sendiri. Pandangan ini terwakili dengan jelas dalam teorinya tentang emosi, bersama-sama Carl Lange, yang dikenal sebagai James-Lange Theory. (Baca pandangan James tentang habit, instintct, emotion, reason dan memory, Lundin hal 104-106)
James dikenal sebagai salah seorang psikolog terbesar Amerika. Sebagai pribadi ia juga diakui populer dan charming, serta kemampuan menulisnya sangat mengagumkan. Ia juga dikenal sebagai seorang penentang keras aliran strukturalisme dari Wundt. Meskipun pada masanya idenya sangat berpengaruh, dengan berlalunya waktu hanya sedikit pandangannya yang bertahan hingga masa kini.
C. Ciri Fungsionalisme
Lebih menekankan pada fungsi mental daripada elemen-elemen mental.
Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting
Fungsionalisme juga sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon adalah suatu kesatuan
Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman terhdap fungsi mental.
Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun sebagian besar riset di Uni. Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme) menggunakan metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi
D. Tokoh-tokoh
John Dewey (1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh : anak yang mengulurkan jarinya sebagai respon adanya api dan terbakar.
James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Angell adalah seorang yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan dengan strukturalisme.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.
Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
D. Sumbangan
Mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal ini dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt. Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting dan paling populer dalam psikologi.
Memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran baru, behaviorisme yang berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek psikologi
Memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi. Konsep adaptasi dan adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.
E. Kritik terhadap Fungsionalisme
Kritik utama dari aliran strukturalisme adalah lebih pentingnya isi/elemen mental daripada prosesnya. Pada masa dimana terjadi persaingan ketat antara fungsionalisme dan strukturalisme, kritik ini cukup mendapat perhatian penting.
Kurang adanya fokus yang jelas dan terarah dalam aliran fungsionalisme. Para tokoh tidak pernah terlalu jelas dan elaboratif dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam karya mereka. Akibatnya aliran ini dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan berdampak pada posisinya yang kurang kuat sebagai sebuah sistem.
Bersifat teleological, sesuatu ditentukan oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan orientasi pragmatisme yang seringkali dikritik sebagai lebih berorientasi pada hasil dan tidak memperhatikan proses.
Terlalu eklektik, mencampurkan berbagai ide dan konsep dari beragam sumber sehingga terkesan kompromistis dan kehilangan bentuk asli. Pada dasarnya, fungsionalisme memang tidak ingin muncul sebagai sebuah aliran yang strict dan lebih memilih untuk dapat lebih fleksibel dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Fungsionalisme tidak bertahan lama juga sebagai sebuah aliran, sama seperti strukturalisme yang sering ditentangnya. Meskipun demikian, banyak ide-ide aliran ini yang kemudian diserap oleh aliran besar psikologi modern di AS.

6. Behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
PEMIKIRAN PENDAHULU
1. Para pemikir bidang filsafat
Pemikiran para filsuf masa Yunani kuno kelompok orientasi biologis yang berusaha menjelaskan aktivitas manusia dalam bentuk reaksi mekanistis dari proses-proses biologis, misalnya Hippocrates.
pandangan John Locke yang menekankan pada lingkungan sebagai penentu perilaku manusia, jiwa dianggap pasif.
pandangan empirisme dan asosiasionisme sangat mewarnai behaviorisme. Adaptasi manusia terhadap lingkungan dilakukan melalui proses belajar yang berusaha dijelaskan secara empirik dan menggunakan proses asosiasi.
2. Bidang reflexologi
Riset-riset di bidang reflexologi di Rusia, adalah pengaruh yang relatif dekat pada behaviorisme dibanding pandangan-pandangan di atas. Reflexologi bertujuan menggali dasar fisiologis dari proses-proses behavioral. Mereka melakukan ini bukan dlm konteks pengembangan ilmu psikologi, karena para ahli ini sebenarnya adalah ahli fisiologis. Jadi aspek psikologis sudah dengan sendirinya tercakup dalam riset fisiologis mereka.
Tokoh penting reflexologi Rusia : Ivan Petrovich Pavlov. Seorang yang berlatar pendidikan fisiologi hewan dari Universitas St. Petersburg (lulus 1875), juga memiliki latar belakang kedokteran. Pernah menempuh pendidikan di Jerman dan memperoleh gelar profesor di bidang farmakologi dan fisiologis. Riset-risetnya tentang proses fisiologis dalam sistem pencernaan mengantarkannya memperoleh Hadiah Nobel pada tahun 1904. Pavlov sendiri selalu menolak disebut sbg. psikolog dan lebih suka dikenal sebagai seorang ahli fisiologis karena menurutnya bidang psikologi adalah bidang yang terlalu abstrak dan spekulatif dibandingkan dengan fisiologis yang lebih empirik. Ia bahkan selalu merasa skeptik dgn psikologi
Dalam bidang psikologi, Pavlov dikenal karena penemuannya dalam proses kondisioning. Penemuan ini diperoleh melalui riset dengan anjingnya, secara tidak direncanakan. Bahkan di awalnya Pavlov agak ragu untuk meneruskannya karena arahnya dianggap terlalu ‘psikologis’ dan berarti abstrak. Namun ia memtuskan utk meneruskannya karena karakteristik percobaan ini lebih bersifat fisiologis.
Teori utama Pavlov:
a. respon-respon yang terjadi dalam proses kondisioning :
tahap 1: makanan ------------------------------------------------ air liur
UCS UCR (natural)
tahap 2: pasangkan makanan dengan stimulus lain (bel, piring)
tahap 3: bel --------------------------------------------------------- air liur
CS CR (learned)
b. perluasan dari respon-respon kondisioning yang dasar
Delayed CR
Extinguished/extinction and spontaneous recovery
Generalization/irradation-discrimination
Experimental neurosis
c. memperkenalkan konsep reinforcement.
3. Teori assosiasionisme modern
Tokoh utama : Edward Lee Thorndike (1874-1949).
Ia membaca buku James (Principles of Psychology) sebagai mahasiswa psikologi tahun pertama di Wesleylan University dan belajar pada James sendiri di Harvard dalam bidang animal learning. Eksperimen-eksperimen Thorndike dengan binatang sangat didukung James selama ia di Harvard. Kemudian ia datang ke Columbia atas undangan James Mc. Keen Cattell dan melanjutkan eksperimennya. Setelah meraih gelar Ph.D, ia tertarik di bidang sosial dan pendidikan, lalu mengajar di Teachers’ College, Columbia University, hingga masa pensiunnya di 1949.
Thorndike mengembangkan teori asosiasionisme yang sangat sistematis, dan salah satu teori belajar yang paling sistematis. Ia membawa ide-ide asosiasi para filsuf ke dalam level yang empiris dengan melakukn eksperimen terhadap ide-ide filosofis tersebut. Thorndike juga mengakui pentingnya konsep reinforcement dan reward serta menuliskan teorinya tentang ini dalam ‘law of effect’ tahun 1898 (bandingkan dengan Pavlov yang baru menuliskan idenya tentang reinforcement pada 1902).
Pandangan Thorndike:
Definisi Psikologi :…the study of stimulus-response connections or bonds… Thorndike sangat mementingkan connections. Connections dapat terbentuk secara sambung menyambung dalam urutan yang panjang. Sebuah connections yang tadinya response bisa menjadi stimulus. Di sinilah tampak peran asosiasi yang membentuk connections.
Teori utama Thorndike :
a. Fenomena belajar :
Trial and error learning
Transfer of learning

b. Hukum-hukum belajar :
Law of Readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu, misalnya kesiapan belajar membaca. Isi teori ini sangat berorientasi pada fisiologis
Law of Exercise : jumlah exercise (yang dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat ikatan S-R. Contoh : mengulang, menghafal, dan lain sebagainya. Belakangan teori ini dilengkapi dengan adanya unsur effect belajar sehingga hanya pengulangan semata tidak lagi berpengaruh.
Law of Effect : menguat atau melemahnya sebuah connection dapat dipengaruhi oleh konsekuensi dari connection tersebut. Konsekuensi positif akan menguatkan connection, sementara konsekuensi negatif akan melemahkannya. Belakangan teori ini disempurnakan dengan menambahkan bahwa konsekuensi negatif tidak selalu melemahkan connections. Pemikiran Thorndike tentang. Konsekuensi ini menjadi sumbangan penting bagi aliran behaviorisme karena ia memperkenalkan konsep reinforcement. Kelak konsep ini menjadi dasar teori para tokoh behaviorisme seperti Watson, Skinner, dan lain-lain.
4. Fungsionalisme
Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme.

PRINSIP DASAR BEHAVIORISME
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan
7. Psikoanalisis
Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
A.Latar belakang
Konsep mental yang aktif.
Konsep ini terutama dianut oleh para ahli di Jerman. Pada waktu ini peran dominan strukturalisme di Jerman telah diambil alih oleh aliran Gestalt. Paham Gestalt menganggap struktur pengorganisasian mental manusia adalah inherent. Struktur ini memungkinkan manusia belajar dan mendapatkan isi mental itu sendiri. Dengan demikian, Gestalt berfokus pada konsep mental yang aktif namun tetap empiris.
Psikoanalisa mengikuti keaktifan mental dari Gestalt (Freud dengan psikodinamikanya pada level kesadaran dan non kesadaran) namun tidak empiris. Tidak seperti aliran lainnya, psikoanalisa berkembang bukan dari riset para akademisi, tapi berdasarkan pengalaman dari praktek klinis.
Perkembangan treatment terhadap gangguan mental.
Pada masa ini penanganan terhadap penderita gangguan mental sangat tidak manusiawi dan disamakan dengan para pelaku kriminal serta orang-orang terlantar. Reformasi dalam penanganan penderita gangguan mental diawali dengan perbaikan fasilitas pengobatan, akhirnya mengarah pada
perbaikan di bidang teknik terapi bagi gangguan emosional dan perilaku.
B. Tokoh-tokoh
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.
a. Riwayat hidup
Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yg tdk terlalu sukses. Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi di bidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi psikoanalisa.

Ada dua orang yang berpengaruh besar bagi pemikiran Freud, yaitu Breuer, seorang psikiater terkenal di Wina dan Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, Studies in Histeria. Dari Charcot ia banyak belajar mengenai teknik hipnosis dalam menangani pasien histeria karena Charcot mengembangkan teknik hipnose. Kelak Freud meninggalkan teknik hipnose ini karena sulit diterapkan dan mengembangkan teknik menggali ketidaksadaran lewat kesadaran, seperti free association. Dengan mengembangkan teknik ini Freud lebih percaya bahwa hal-hal di ketidaksadaran bukan dilupakan (seperti teori Charcot), tetapi direpres (ditekan ke dalam ketidaksadaran agar tidak muncul).

Pada dekade awal abad 20, psikoanalisa semakin populer dan tulisan-tulisan Freud semakin berpengaruh. Ia juga memiliki banyak pengikut/murid yang terkenal, antara lain Adler dan Jung. Mulai terbentuk forum-forum diskusi rutin antar ahli psikoanalisa dimana mereka dapat mendiskusikan konsep-konsep psikoanalisa. Pada tahun 1909, Freud diundang oleh G. Stanley Hall untuk berpidato di Clark Uni, salah satu uni besar di AS, dan dengan demikian Freud juga sudah diakui di AS. Pada tahun 1910 International Psychoanalysis Association terbentuk dan Jung menjadi ketua pertamanya. Para kolega Freud memprotes hal ini dan membela Freud untuk menjadi ketuanya. Hubungan Jung dan Freud akhirnya terganggu.

Freud meninggalkan Austria pada saat Hitler semakin berkuasa dan posisinya sebagai intelektual Yahudi memberinya berbagai kesulitan. Melalui usaha Ernest Jones, seorang Inggris dan dubes Inggris di Austria, pada tahun 1938 Freud keluar dari Austria dan berimigrasi ke Inggris hingga akhir hayatnya di 1939.
b. Pemikiran dan teori
Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam, a.l. repression.
c. Sumbangan Freud
Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian
Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan
Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni
d. Kritik Freud
Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable
Freud banyak memiliki murid. Tidak semuanya akan dibahas, hanya dua dari para pengikut itu yang akan dibahas di sini, yaitu Adler dan Jung.
2. Alfred Adler (1870-1937)
Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology. Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur seksual sehingga kurang realistis.
Adler di Wina dari keluarga pedagang yang berada. Sejak kecil ia sakit-sakitan dan hal ini menumbukan cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pada tahun 1895 ia lulus kedokteran dari Universitas Wina, lalu berpraktek sebagai dokter mata sebelum akhirnya menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater.
Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tsb.
Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
3. Carl Gustav Jung (1875-1961)
Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras
Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah pendeta dan unsur religius nantinya akan banyak berperan dalam pemikiran-pemikirannya. Ia belajar kedokteran di Universitas Basel, lulus 1900. Kemudian ia ditunjuk bekerja di klinik psikiatri Universitas Zurich tahun 1909. Ia adalah ketua pertama International Psychoanalitic Association tahun 1911. Tahun 1914 ia mengundurkan diri dari posisinya tersebut dan mendirikan analytical psychology. Pada tahun 1920an ia banyak melakukan ekspedisi lapangan ke Afrika dan Amerika Selatan sambil meneliti dan mengembangkan teorinya. Ekspedisi ini secara signifikan mempengaruhi teori-teorinya yang kental unsur budayanya. Tahun 1948 C.G. Jung Institute didirikan di Zurich untuk mengembangkan teorinya dan teknik terapinya.
Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dpt dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia.
Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness.
Evaluasi Adler dan Jung
Adler dikenal dengan sumbangan teorinya yang optimistik dan berorientasi pada masa depan dalam memandang manusia
Jung memasukkan unsur budaya dalam aliran psikoanalisa sehingga teorinya juga menjangkau bidang luas seperti sejarah, seni, dan lain-lain. Berdasarkan teori Jung, para ahli tes psikologi seperti Eysenck dan Cattell menyusun tes kepribadian setelah menguji validitas teori Jung secara statistik
Kritik terhadap Jung dan Adler sama seperti kelemahan Freud, ditujukan pada "keilmiahan" konsep teori keduanya.
8. Gestalt
Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.
A. Latar Belakang.
Kelompok Wuerzburg.
Selain kelompok Wundt, di Jerman berkembang lagi sebuah kelompok intelektual yang ikatannya tidak sekuat kelompok Wundt, namun merasa tidak puas dengan pandangan Wundt. Aliran ini menekankan bahwa aktivitas mental dapat diwujudkan dalam kesadaran nonsensoris, merupakan awal pemikiran ttg higher mental process. Mind memiliki kategori-kategorinya sendiri, dan mampu membentuk organisasi mental, tidak harus muncul dalam bentuk aktivitas sensoris. Bentuk nyata dari pengorganisasian ini adalah pola-pola dari persepsi.
Pendekatan fenomenologis.
Pendekatan ini memfokuskan pada observasi dan deskripsi detil dari gejala yang muncul, tanpa perlu menjelaskan latar belakang gejala atau menyimpulkan sesuatu dari gejala tersebut. Sehubungan dengan pandangan gestalt, pendekatan fenomenologis dari Edmund Husserl (1859 – 1938) sangat berpengaruh, observasi dan deskripsi detil mengenai aktivitas mental yang dirasakan individu.
B. Tokoh Gestalt
Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dnegan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).

Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
C. Prinsip dasar Gestalt.
1. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
• Principle of Proximity: Organisasi berdasarkan kedekatan elemen
• Principle of Similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen
• Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
• Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
• Principle of Closure/ Principle of Good Form: Organisasi berdasarkan “bentuk yang sempurna”
• Principle of Figure and Ground: Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap, persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
• Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
D. Aplikasi prinsip Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.

Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai implikasi dari aliran Gestalt.
Implikasi Gestalt
Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman dan Koehler.
Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis seseorang.
Lewin lahir di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi thn 1914. Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Koehler dan mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director of the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.
Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adlaah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahamis ebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya (lihat fig.11 hal 251). Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan.
Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnnya individu akan mendekati obyek yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif. Dalam usahanya mendekati obyek bervalensi positif, sangat mungkin ada hambatan. Hambatan ini mungkin sekali menjadi obyek yang bervalensi negatif bagi individu. Arah individu mendekati/menjauhi tujuan disebut vektor. Vektor juga memiliki kekuatan dan titik awal berangkat.
Dengan konsep vektor, daya, dan valensi ini Lewin menjelaskan teorinya mengenai tiga jenis konflik (approach-approach, approach-avoidance, dan avoidance-avoidance).
Aplikasi teori Lewin banyak dilakukan dalam konteks dinamika kelompok. Dasar berpikirnya adalah kelompok dianalogikan dengan individu. Maka perilaku kelompok menjadi fungsi dari lingkungan, dimana salah satu faktornya adalah para anggota kelompok dan hubungan interpersonal mereka. Apabila hubungan ini bervalensi negatif, maka perilaku anggota akan menjauhinya dan dengan demikian tujuan kelompok semakin tidak tercapai. Sebaliknya, hubungan yang baik akan membuat anggota saling mendekati sehingga memungkinkan kerjasama yang lebih baik dalam mencapai tujuan kelompok.
Kritik untuk teori Lewin berfokus pada konstruk-konstruknya yang dianggap hipotetis dan sulit dikongkritkan dalam situasi eksperimental. Implikasinya adalah penjelasan Lewin sulit sampai pada level explanatory dan sifatnya deskriptif.
9. Humanistik
Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
A. Prinsip utama
Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia
Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.
B. Tokoh
1. Carl Rogers (1902 – 1988)
Lahir di Illinois dan sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
Rogers bekerja sbg psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Keseluruhan pengalaman eksternal dan internal psikologis individu membentuk organisma. Organisma adalah kenyataan yang dihayati individu, dan disebut sebagai subjective reality, unik dari satu individu ke individu lainnya. Self (diri) berkembang dari organisma. Semakin koheren organisma dan self, semakin sehat pribadi tersebut dan sebaliknya.
Sebagaimana ahli humanistic umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan cirri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
2. Abraham Maslow (1908-1970)
Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu physiological needs, safety needs, love & belonging needs, esteen needs, dan self-actualization.
C. Evaluasi Humanistik
Aliran humanistic menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sbg ilmu tentang manusia
Kritik terutama diarahkan pada perspektif dan metodenya yang subyektif, dan tidak reliable.
Berlawanan dengan perkiraan para ahli yang menentangnya, aliran humanistic bertahan dan bahkan semakin banyak pengikutnya. Humanistik bahkan dapat dikatakan sebagai agama untuk sementara ahli.
Sumber:
Brennan, J.F. (1991). History and Systems of Psychology. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.

No comments:

Post a Comment

Links

Al-Qur'an Widget by Blogger Tutorial Blog
Designed by Animart Powered by Blogger