TOPIK 1 : MODEL
ADMISTRATIF Smith, Stanley, Shores
Model admistratif pengembangan kurikulum menggunakan
prosedur atas-bawah, lini staf (Topdown,
line-staff procedure). Inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari
pejabat tingkat atas (Superintendent).
Pejabat tersebut membuat keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan
kurikulum dan implementasinya, lalu mengadakan pertemuan dengan staf lini
(bawahannya) dan meminta dukungan dari dewan pendidikan (Board of education). Langkah berikutnya adalah membentuk suatu
panitia pengarah yang terdiri dari pejabat administratif tingkat atas, seperti
asisten superintendent, principals, supervisor, dan guru-guru inti. Panitia
pengarah merumuskan rencana umum, mengembangkan panduan kerja, dan menyiapkan
rumusan filsafat dan tujuan bagi seluruh sekolah didaerahnya (District). Disamping itu, panitia
pengarah dapat mengikutsertakan organisasi diluar sekolah / tokoh masyarakat
sebagai panitia penasehat yang bekerja bersama dengan personel sekolah dalam
rangka merumuskan berbagai rencana, petunjuk dan tujuan yang hendak dicapai.
Setelah kebijakkan kurikulum dikembangkan, maka panitia
pengarah memilih dan menugaskan stafpengajar sebagai panitia pelaksana (panitia
kerja) yang bertanggung jawab mengkonstruksikan kurikulum. Panitia im
merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum, isi (materi),
kegiatan-kegiatan belajar dan sebagainya sesuai dengan pedoman / acuan
kebijakan yang telah ditentukan oleh panitia pengarah. Panitia mengerjakan
tugasnya diluar jam kerja biasa dan tidak mendapat kompensasi. Kondisi ini
diterapkan karena berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk memahami dengan
benar kurikulum dan meningkatkan mutu kurikulum itu sendiri.
Setelah panitia kerja (guru-guru) melaksanakan
penyusunan kurikulum melalui proses tertentu, selanjutnya kurikulum yang
dihasilkan tersebut direvisi oleh panitia pengarah atau panitia tingkat atas
lainnya sesuai dengan maksud diadakannya review tersebut. Panitia ini
melaksanakan berbagai fungsi-fungsi, sebagai berikut:
1)
Memberi koherensi
pada ruang lingkup dan urutan dalam program bidang studi dengan koordinasi
bersama panitia guru-guru masing-masing bidang;
2)
Memeriksa
kesesuaiannya dengan kebijakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh panitia
pengarah;
3)
Menyiapkan
gaya dan bentuk
susuan material yang siap untuk dipublikasikan
Rencana kurikulum yang iciah direvisi dan final tersebut
selanjutnya ditugaskan kepada suatu panitia yang terdiri dari para admimstrator
(principals) dan guru-guru untuk
melaksanakannya dalam rangka uji coba. Para
pelaksana adalah tenaga profesional yang tidak dilibatkan dalam penyusunan
kurikulum (mencakup filsafat rasional, tujuan dan metodologinya) uji coba
dilaksanakan dalam kondisi pengajaran senyatanya dan keefektifannya dimonitor
dengan cara kunjungan kelas, diskusi, evaluasi siswa dan alat-alat lainnya.
Berdasarkan hasil uji coba dilakukan modifikasi, dan selanjutnya kurikulum baru
tersebut diresmikan pelaksanaanya secara nyata dalam sistem sekolah.
Kelemahan model
ini terdapat pada tiga hal, yakni :
1)
Pada
prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis,
Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis
dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke
atas;
2)
Pengalaman
menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum
secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan
masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan
pembentukkan macam-macam kepanitian . 3) Kelemahan utama dari model
administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang mengubah
kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah
dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan
fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
Pertanyaan dan Tugas
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Bagan 1-1 Model Administratif
TOPIK 2 : MODEL GRASS
ROOTS Smith, Stanley, Shores
Model Grass Roots (Akar Rumput) atau arus bawah, berbeda
dengan rekayasa model administratif dalam beberapa hal yang berarti. Misalnya
model Grass Roots diawali oleh para guru, pembina disekolah dengan mengabaikan
metoda pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari
bagian-bagian yang lemah (rusak) kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum
tertentu (spesifik) atau kelas-kelas tertentu.
Orientasi yang demokratis dari rekayasa Model Grass
Roots bertanggung jawab membangkitkan apa yang menjadi dua aksioma kemantapan
sebuah kurikulum :
1.
Bahwa
sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru-guru
dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan (konstruksi) dan
pengembangannya
2.
Bukan
hanya para professional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain harus
dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum.
Masalah validitas kedua klaim tersebut tidaklah periu,
yang diperlukan adalah definisi yang lebih tepat mengenai peran administrator,
gum, ahli kurikulum dan non profesional dalam memerankan perannya di dalam
rekayasa kurikulum.
Prinsip Prinsip
Model Grass Roots
Guru adalah sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum yang
efektif, digambarkan pada (4) prinsip yang menjadi dasar Model Grass Roots,
yaitu :
1.
Kurikulum
akan baik apabila kemampuan profesioanl guru baik
2.
Kompetensi
guru akan membaik apabila guru terlibat secara pribadi dalam masalah-masalah
peibaikan (revisi) kurikulum
3.
Jika guru
urun rembug dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam memilih,
mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan dan menilai
hasil maka keterlibataimya paling terjamin.
4.
Karena
orang bertemu dalam kelompok, tatap muka, mereka akan dapat memahami satu sama
lain lebih baik dan untuk mencapai suatu konsensus berdasarkan prinsip-prinsip
dasar, tujuan-tujuan dan rencana-rencana.
Prinsip ini jadi bersifat operasional, karena guru
didorong untuk bekeija secara kooperatif dalam merencanakan kurikulum baru.
Dorongan terjadi bila administrator menyediakan kepemimpinan, waktu bebas,
material dan rangsangan lain yang bersifat kondusif terhadap perencanaan
kurikulum. Pada beberapa daerah lokakaiya diorganisasi untuk melaksanakan
proses, pada akhir tahun cenderung terfokus pada review kurikulum dan penilaian
kebutuhan, sedangkan pada awal tahun bam mereka dapat berhasil mengkonstruksi
kurikulum bam. Idealnya lokakarya itu mencakup para administrator, para guru,
siswa, orang tua dan anggota masyarakat (tokoh) ditambah dengan konsultan dan
personal sumber khusus. Para peserta bekerja
atas dasar masalah-masalah tersebut secara demokratis mencapai konsensus.
Disini jelas sekali, karena guru-guru terlibat secara mendalam / inti dalam
perencanaan dan proses pembuatan keputusan, pengetahuan dan kesepakatan mereka
merupakan suatu kebutuhan bagi prosedur implementasi khusus yang dinyatakan
oleh model administratif.
Perlu diingat disini para gum terlibat dengan intim pada
perencanaan dan pembuatan keputusan, pengetahuan, dan komitmennya dijadikan
awal yang baik untuk memenuhi kebutuhan prosedur penerapan tertentu.
Kelemahan rekayasa kurikulum model Grass Roots ini
adalah model ini menerapkan metoda partisipasi yang demokratis dalam proses
yang khusus, bersifat teknis yang kompleks. Ini tidak berarti bahwa keputusan
masyarakat umumnya tidak perlu diperhatikan atau para guru tidak boleh diben
peran dalam rekayasa kurikulum. Ini hanya untuk menyatakan bahwa peran dasar
pemikiran satu orang satu suara tidak atau belum tentu menghasilkan sesuatu
yang terbaik dalam suatu situasi, otoritas tertentu amat diperlukan. Namun
perlu diingat pula bahwa model Grass Roots ini lebih memberikan kontribusi awal
dalam memperkuat landasan pembuatan keputusan kurikulum dan dalam hal itu model
ini bertanggungjawab terhadap keinginan-keinginan masyarakat.
Bagan
2.1. Model Grass Roots
Pertanyaan dan
Tugas
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan
praktis)!
TOPIK 3 : MODEL
DEMONSTRASI Smith, Stanley, Shores
Usul-usul perubahan secara luas dalam kurikulum sering
berkaitan dengan masalah keamanan, kedudukan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Model demonstrasi tadinya hanya satu upaya inovasi kurikulum skala kecil,
tetapi kemudian ada upaya untuk menerapkannya dalam revisi kurikulum dalam
program yang luas, dan oleh karenanya mendapat oposisi dalam kalangan perguruan
tinggi (fakultas yang relevan) dan masyarakat.
Menurut Smith, Stanley dan
Shores, model demonstrasi
dilaksanakan dalam dua bentuk, yakni :
1.
Bentuk
pertama, Guru-guru yang diorganisasi dalam kelompok melaksanakan suatu proyek
pengembangan eksperimental kurikulum. Unit ini melakukan pengembangan dan riset
intemal sekolah, yang bermaksud menghasilkan segmen baru dari kurikulum, lalu
dipertunjukan kepada sekolah dengan harapan dapat diserap oleh sekolah secara
keseluruhan. Jadi model ini dimulai dan diorganisasi oleh hirarki administratif
serta menyajikan suatu variasi model administratifperekayasaan kurikulum.
2.
Bentuk
kedua, model demonstrasi disusun kurang formal dibandingkan dengan model
pertama. Beberapa orang guru yang tidak puas terhadap kurikulum yang ada
kemudian melakukan eksperimen dalam area tertentu dalam kurikulum dengan maksud
menemukan altematif pelaksanaan kurikulum. Berdasarkan eksperimen im diciptakan
unit-unit kurikulum yang dinilai berhasil oleh suatu regu penelitian dan
pengembangan informal dan kemudian diajukan untuk diserap oleh sekolah. Jadi
bentuk model demonstrasi ini mewakili pendekatan the Grass Roots untuk
merekayasa kurikulum.
Kesimpulan model
ini antara lain:
1.
Kurikulum
yang dihasilkan melalui proses ini telah diuji dalam situasi-situasi
eksperimental, dan oleh karenanya menyediakan altematif kurikulum yang dapat
dilaksanakan dalam praktek dan sistem sekolah
2.
Perubahan
dalam bentuk yang spesifik yakni segmen-segmen kurikulum yang dapat
dilaksanakan.memudahkan untuk menghadapi hambatan yang sering terjadi bila
hendak melakukan revisi secara menyeluruh (sistem yang luas)
3.
Hakekat
model demonstrasi berskala kecil memudahkan pendekataan Front terhadap inovasi
kurikulum untuk menghindarkan kesenjangan antara dokumen dan pelaksanaannya
yang ada pada model administratif
4.
Model
demonstrasi khususnya dalam bentuk Grass Roots menggerakkau inisiatif dan
sumber guru-guru dan memberdayakan sumber-sumber administratif untuk memenuhi
kebutuhan dan minat guru-guru dalam upaya mengembangkan program-program baru.
Kerugian utama model demonstrasi ialah karena model ini
menciptakan pertentangan-pertentangan dikalangan gum. Guru-guru yang tidak ikut
serta dalam proses pengembangan kurikulum cenderung menganggap guru-guru yang
melakukan eksperimen dengan keraguan dan tidak yakin. Mereka menganggap kalaulah
hasil eksperimen itu baik namun kelompok tersebut tidak terbimbing bahkan
dianggap elit yang oportunistik. Perasaan dan sikap demikian pada gilirannya
menghambat penyerapan terhadap inovasi kurikulum. Karena itu suatu komponen
yang penting pada model demonstrasi adalah perlu diadakannya komunikasi terbuka
antara guru-guru yang melakukan eksperimen dengan pihak berwenang (misalnya
perguruan tinggi yang terkait), yang bertujuan untuk mencegah rasa keraguan /
rasa tidak diikutsertakan, sebaiknya kelompok eksperimen melakukan serangkaian
demonstrasi hasil-hasil pekerjaan mereka untuk memuaskan berbagai pihak,
misalnya perguruan tinggi dan para siswa sehingga inovasi kurikulum yang telah
mereka lakukan bukan hanya eksperimental belaka melainkan dapat diserap dan
dilaksanakan dalam lingkungan sistem sekolah.
Bagan
3-1 Model Demonstrasi
Pertanyaan dan
Tugas
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspck-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
TOPIK 4 : MODEL BEAUCHAMP
Model pengembangan kurikulum ini sesuai dengan nama
orang yang menciptakannya yaitu seorang ahli kurikulum yang bemama Beauchamp.
Menurut Beauchamp untuk nierancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima (5) langkah berikut:
Langkah Pertama :
Pejabat pemerintah yang berwenang dalam pengembangan
kurikulum harus menentukan lebih dahulu lokasi atau wilayah yang akan dijadikan
pilot proyek untuk pengembangan kurikulum. Pemilahan lokasi atau wilayah yang
ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan.
Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau nasional, maka
wilayah atau lokasi yang akan dijadikan pilot proyek adalah propinsi,
seandainya bersifat daerah atau berskala mikro maka kabupaten dapat dijadikan
lokasi pilot proyek.
Langkah Kedua :
Setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot
proyek sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan personalia
yang akan ikut terlibat di dalam pengembangan kurikulum. Beauchamp melibatkan
orang-orang dari staf ahli kurikulum, pakar kurikulum dari perguruan tinggi dan
guru-guru sekolah yang telah dipilih, pakar pendidikan, masyarakat yang
dihimpun dari berbagai kalangan yaitu dari pengarang atau penulis, penerbit,
politikus, pejabat pemerintah, pengusaha dan industriawan
Langkah Ketiga :
Bila personalia sudah disusun dengan baik maka langkah
berikutnya adalah pengorganisasian person-person tersebut dalam lima (5) tim yang terdiri
dari :
1.
Tim
pengembang kurikulum
2.
Tim
peneliti kurikulum yang sedang dipakai atau sedang dipergunakan
3.
Tim untuk
mempelajari kemungkinan penyusunan kurikulum bam
4.
Tim
perumus untuk kriteria-kriteria kurikulum yang akan disusun.
5.
Tim
penyusun dan penulis kurikulum baru
Sedangkan prosedur kerja yang akan dilalui adalah se
bagi berikut :
a.
Merumuskan
tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus
b.
Memilih
atau menseleksi materi
c.
Menentukan
pengalaman belajar
d.
Menentukan
kegiatan dan evaluasi
e.
Menentukan
desain
Langkah Keempat :
Pada langkah ini ditentukan implementasi kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum mempakan pekerjaan yng cukup rumit karena membutuhkan
kesiapan dalam banyak hal, seperti guru sebagai pelaksana kurikulum dikelas,
fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator sekolah.
Langkah Kelima :
Setelah semua kebutuhan untuk kepentingan pelaksanaan
atau implementasi terpenuhi dan sudah dapat dilaksanakan, maka langkah
berikutnya yang merupakan langkah terakhir dari pengembangan kurikulum model
beauchamp adalah mengevaluasi kurikulum.
Beauchamp mengemukakan hal-hal yang harus dievaluasi,
yaitu :
a.
Evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru
b.
Evaluasi
terhadap desain kurikulum
c.
Evaluasi
terhadap hasil belajar siswa
d.
Evaluasi
terhadap sistem dalam kurikulum
Hasil dari kegiatan evalusi ini akan dijadikan untuk
penyempumaan desain sistem serta prinsip-prinsip pelaksanaannya. Suatu hal yang
perlu diingat bahwa pada tahap atau langkah kedua berupa organisasi dan
prosedur Beauchamp, tampaknya menerangkan keterlibatan kelompok-kelompok
personalia sehingga timbul pertanyaan-pertanyan sebagai berikut :
Haruskah kelompok ahli, pejabat, profesi yang telah
disebutkan diatas dilibatkan dalam pengembangan kurikulum? Apabila jawaban dari
pertanyaan tersebut ya, maka apa saja peranan mereka itu? Apakah mungkin
didapatkan alat dan teknik yang paling efektif untuk melakukan peran tersebut?
dengan demikian tergambar bahwa sebaiknya wilayah atau lokasi pilot proyek diambil
dari wilayah kecil saja, dan semakin kecil wilayah maka keterlibatan dan
peranan guru akan semakin besar. Guru harus berperan secara ikhlas dengan
menunjukaan sikap dan rasa saling, menghormati dalam memberikan pelajaran dan
diluarjam pelajaran.
Pertanyaan dan
Tugas
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kult"ral, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang pen^rapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)
Bagan
A - 4 Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp
TOPIK 7 : INVERTED MODEL
TABA
Perekayasaan kurikulum secara tradisional dilakukan oleh
suatu panitia yang dipilih. Panitia ini bertugas :
1)
Mempelajari
daerah-daerah fundasional dan mengembangkan rumusan kesepakatan fundasional;
2)
Merumuskan
Desain kurikulum secara menyeluruh berdasarkan kesepakatan yang telah
dirumuskan;
3)
Mengkonstruksi
unit-unit kurikulum sesuai dengan kerangka desain;
4)
Melaksanakan
kurikulum pada tingkat atas.
Taba percaya bahwa esensial proses deduktif ini cendemng
untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif, sebab membatasi
kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Taba menyatakan
bahwa :
1.
Bila
perubahan nilai dari mendesain ulang kerangka yang menyeluruh maka sebelumnya
harus ditetapkan lebih dahulu suatu pola yang akan dipelajari dan diuji.
2.
Panitia
penyusunan kurikulum yang tradisional itu dapat menduduld rencana-rencana
kurikulum yang bermanfaat, bagian dari desain itu sendiri hanya atas dasar
logika bukan empirik
3.
Karena
mereka tidak melakukan pengujian secara empirik, kurikulum yang dihasilkan
cenderung merupakan skema / sket bagan yang sangat umum dan abstrak dan sedikit
membantu untuk melaksanakan praktek instruksional
Ketiga masalah tersebut menunjukkan efesiensi
perekayasaan kurikulum yang tradisional dan kesenjangan antara teori dan
praktek. Suatu contoh adanya disfungsi dalam teori praktek terdapat pada core
kurikulum yang dirancang untuk mengajukan (1) Integrasi isi / materi, (2)
Hubungan dengan kebutuhan siswa-Jalannya praktek core tersebut umumnya hanya
merupakan reorganisasi administratif, block of time mata ajaran-mata ajaran
yang terpisah-pisali, dan dimana masalah-masalah kehidupan terisolasi dari
materi (content) yang valid. Bentuk core yang dilaksanakan berdasarkan rekayasa
deduktif menghasilkan pemisahan teori dan praktek
Taba mengajukan pandangan yang berlawanan dengan urutan
tradisional dengan mengembangkan inverted model, yakni : langkah awal dimulai
dari perencanaan unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan
diawali aengan desain kerangka (framework) yang umum. Urut-unit tersebut diuji
/ dilaksanakan dalam kelas, yang ada pada gilirannya digunakan sebagai dasar
empirik untuk menentukan desain yang menyeluruh (overall design). Keuntungan
digunakannya inverted sequence ini ialah :
1)
Membantu
untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi
unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis.
2)
Kurikulum
yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru
lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti
dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh umtan
tradisional
3)
Kurikulum
yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih
berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada
Langkah-langkah pengembangan kurikulum Hilda Taba (1962)
mengemukakan perekayasaan kurikulum terdiri atas 5 langkah berurutan, ialah :
Langkah Pertama,
Experimental Production of Pilot Units.
Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment
sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk
itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2)
Eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji
landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming
unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya. Unit
eksperimen ini dirancang melalui delapan kegiatan sebagai berikut :
1.
Diagnosing
needs.
Tenaga pengajar mengidentifikasi
masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutnhan siswa dalam suatu
proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program
yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut
difungsikan
2.
Formulating
Specific Objectives.
Formulasi tujuan-tujuan khusus,
sebagai penjabaran dari tujuan umum yang dimmuskan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
yang telah diidentifikasi yang menjadi titik berat pada teaching leaming unit.
Namun demikian tidak semua tujuan khusus tersebut dapat tercapai oleh
masing-masing imit.
3.
Selecting
Content,
Pemilihan isi (materi) berdasarkan
kesepadanan dengan tujuan khusus, dan harus mempertimbangkan tingkat validitas
dan signifikannya. Karena itu periu dilakukan seleksi terhadap tingkatan isi (materi)
yang meliputi pemilihan topik utama, pemilihan ide-ide dasar dan pemilihan
materi khusus.
4.
Organizing
Content.
Pengorganisasian materi dilakukan
berdasarkan tingkat kemampuan awal serta minat siswa. Pengorganisasian isi
disusun dari konkrit keabstrak dan dari mudah ke sulit.
5.
Selecting
Learning Experiences (Avtivities).
Pengalaman belajar disusun dengan
maksud terjadi interaksi antara siswa dan materi pelajaran. Karena setiap
materi memiliki beberapa fimgsi tertentu, maka perlu dilakukan penyeleksian pengalaman
belajar dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
v Apakah kegiatan sesuai untuk mempelajari
ide-ide utama?
v Apakah kegiatan dapat mencapai tujuan teaching
leaming unit?
v Apakah kegiatan efesien untuk melayani lebih
dari satu tujuan?
v Apakah kegiatan dapat meningkatkan kegiatan
belajar?
v Apakah kegiatan dapat mengembangkan
keterampilan siswa?
6.
Organizing
Leaming Experiences Avtivities
Pengalaman belajar siswa disusun dan
diorganisasikan dengan sekuensi dan organisasi materi (content). Kegiatan
belajar siswa diarahkan dari induktif kegeneralisasi dan abstraksi serta
difokuskan pada pengembangan ide-ide utama, langkah-langkah perolehan konsep
dan prilaku yang baik.
7.
Evaluating.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan unit oleh siswa. Hasil evaluasi berguna untuk
menentukan tujuan, diagnosis kesulitan belajar, serta penilaian dalam rangka
pengembangan dan revisi kurikulum.
8.
Checking
for Balance and Seguence
Setelah garis besar teaching leaming
dirancang lengkap, selanjutnya perlu dicek konsistensi antara semua bagian yang
berkenaan dengan keseimbangan dan urutan topik-topik yang telah tersusun atau
unsur-unsur dalam unit tersebut
Langkah Kedua,
Testing of Experimental Units
Teaching-leaming units yang dihasilkan pada langkah
pertama perlu diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan
kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan
keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang berbeda-beda gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran
unit. Hasil uji coba menjadi masukan bagi penyempumaan draft kurikulum.
Langkah Ketiga,
Revising dan Consolidating
Revisi dan penyempumaan draft teaching leammg units
dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah
pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi)
tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh
koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching
leaming units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka
unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
Langkah Keempat
Developing a Framework
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum dilakukan
guna menjamin :
·
Apakah
ide-ide dan konsep-konsep dasar yang digunakan telah terakomodasi?
·
Apakah
lingkup isi telah memadai?
·
Apakah isi
telah tersusun berurutan secara logis?
·
Apakah
aktivitas pembelajarannya memberikan peluang untuk pengembangan keterampilan
mtelektual dan pemahaman emosi secara kumulatif.
Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para
professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen
kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan diidentifikasikan.
Langkah Keempat,
Instalation and Desimination of The New Unit
Instalasi dan desiminasi adalah peresmian dan
penyebarluasan kurikulum hasil pengembangan, sebagai sub sistem pada sistem
sekolah secara menyeluruh. Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada
administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam
kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai
masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di
kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang
diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam
penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Pertanyaan dan Tugas
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Bagan
7-1 Prosedur Pengembangan Kurikulum Inverted Model Taba
TOPIK 8 : MODEL TYLER
Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles of Cumculum
and Intruducion, Tyler
merumuskan empat pertanyaan sentral yang memintajawaban secara rasional bagi perencanaan
kurikulum ialah :
1)
Apa tujuan
yang harus dicapai oleh sekolah?
2)
Apa
pengalaman-pengalaman belajar yang dapat disediakan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut?
3)
Bagaimana
mengorganisasikan pengalaman-pengalaman tersebut?
4)
Bagaiman
kita dapat memutuskan apakah tujuan-tujuan tersebut tercapai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan, bahwa
perencanaan kurikulum dapat menjadi suatu proses yang dikontrol dan logis,
dimana langkah pertama adalah yang paling penting
Kerangka kerja ini besar pengaruhnya di USA,
karena keputusan-keputusan utama mengenai isi kurikulum dibuat oleh dewan
pendidikan setempat (lokal). Dengan kerangka kerja ini, publik dapat menilai
pekerjaan sekolah dengan membandingkan antara tujuan-tujuan dengan hasil yang
dicapai
Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan
penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model
pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi
tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum:
Langkah l: Tyler
merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan
umum (tentative general objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber,
yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat (fimgsi yang diperlukan) dan
subject matter.
Langkah 2: Setelah mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana
merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan
dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi Tujuan pembelajaran khusus dan
meyebutkannya juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai saringan
pertama untuk tujuan ini
Selanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai
yang didapat dan mengilustrasikannya dengan memberi tekanan pada empat tujuan
demokratis. Untuk melaksanakan penyaringan, para pendidik harus menjelaskan
prinsip-prinsip belajar yang baik, dan psikologi belajar memberikan ide
mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan waktu untuk
melaksanakan kegiatan secara efesien. Tyler
pun menyarankan agar pendidik memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat
:
·
Mengembangkan
kemampuan berpikir
·
Menolong
dalam memperoleh informasi
·
Mengembangkan
sikap masyarakat
·
Mengembangkan
minat
·
Mengembangkan
sikap kemasyarakatan
Langkah 3: Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan.
Penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman
yang telah dimililiki oleh peserta didik.
Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan
berbagai prosedur evaluasi
Langkah 5: Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan
mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan
pelaksanaan.
Langkah 6: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting
dalam pengembangan kurikulum
Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949)
memperingatkan agar dibedakan antara konten (isi) pelajaran atau
kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman-pengalaman belajar, karena
pengalaman belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dan dialami anak-anak
didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan konten (isi) dan
kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang mereka peroleh harus
bermuara pada pemberian pengalaman para pelajar yang dirancang dengan baik dan
dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi kurikulum diatas kelihatan
bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang sempit atau dari segi yang luas
(sebagai pengalaman yang diperoleh di sekolah atau diluar sekolah).
Pertanyaan dan Tugas:
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Kelemahan:
-
Dalam
gambar adanya pemisahan 3 sumber yang sama tanpa adanya interaksi
-
Dapat
menimbulkan proses yang mekanik jika nampak ketiga sumber tersebut terpisah
Bagan
8 - 1 Model Tyler
TOPIK 12 : MODEL "ROGERS INTERPERSONAL
RELATION"
Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang memiliki
ide-ide yang penting perannya dalam teori dan praktek para spesialis kurikulum.
Dia sangat terkenal dengan pendekatan "nondirectve" dan
"humanistic" dalam pengajaran dan perencanaan kurikulum.
Rogers memperluas tentang terapi sebagai suatu model belajar untuk
pendidikan : ia percaya bahwa hubungan antar insani yang positif memungkinkan
orang tumbuh dan oleh karenanya pengajaran harus berdasarkan konsep human
relation bukan pada mata pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang
memiliki personal relationship dengan siswa dan membimbing pertumbuhan dan
perkembangan mereka (Bruce Joyce, 1980 h. 149)
Perkembangan Kurikulum Model" Rogers Interpersonal Relation "
Muriel Crosby dalam bukunya yang berjudul "Who changes the Curriculum and?"
dan diterbitkan oleh Allyn & Bacon Publishers pada tahun 1970 mengungkapkan
: "perubahan kurikulum adalah perubahan manusia" (Curriculum change
is people change) sangat berkait erat dengan konsep yang dikemukakan Carl
Rogers melalui model pengembangan kurikulum yang berpusat pada perubahan
manusia (people change).
Menurut Carl Rogers, bahwa manusia berada dalam proses
perubahan (becoming, developing, changing)
dan sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri,
tetapi berhubung ada hambatan-hambatan, maka ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.
Salah satu cara untuk proses itu adalah melalui proses
pendidikan, sebab pendidikan merupakan upaya untuk memperlancar dan mempercepat
perubahan pada diri manusia, Guru serta unsur-unsur pendidik lainnya bukan
sebagai pemberi informasi atau penentu perkembangan anak, tetapi mereka hanya
pendorong dan yang memperlancar perkembangan individu yang belajar.
Dengan model pengembangan kurikulum interpersonal
relation ini, Carl Rogers berpendapat, bahwa kurikulum diperlakukan dalam rangka
mengembangkan individu yang terbuka, luwes dan adaptif terhadap situasi
perubahan.
Kurikulum tersebut hanya dapat disusun dan diterapkan
oleh unsur-unsur pendidikan serta yang lainnya yang terbuka, luwes dan
berorientasi pada proses. Untuk itu diperiukan pengalaman kelompok dalam
latihan sensitif (sensitivity traming).
Ada empat tahap dalam pengembangan kurikulum model "Rogers
Interpersonal Relation", yaitu:
1.
Pemilihan
suatu target sistem pendidikan
Penentuan target ini berdasarkan
kriteria yang menjadi pegangan yakni adanya kesediaan dari administrator /
pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok intensif
Selama satu minggu para administrator
/ pejabat pendidikan melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang rileks /
tidak formal, untuk itu diperlukan suatu tempat khusus yang agak terpisahjauh
dari kehidupan kerja.
Melalui kegiatan kelompok itu, mereka
akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:
a.
Tidak
terlalu mempertahankan pendiriannya, sehingga dapat menerima saran orang lain.
b.
Lebih
mudah untuk menerima ide-ide pembaharuan.
c.
Mampu
mengurangi kekuasaan birokratis.
d.
Komunikasinya
lebih jelas serta realistis terhadap atasan, teman sebaya dan bawahan
e.
Lebih
berorientasi pada sifat kemanusiaan dan demokratis
f.
Lebih
terbuka untuk menyelesaikan perselisihan antar sesama anggota kelompok.
g.
Lebih
mampu untuk menerima saran dan kritik demi perbaikan.
2.
Pengalaman
kelompok yang intensif bagi guru
Pertemuan selama seminggu atau
pertemuan yang diadakan dalam minggu akhir yang panjang perlu diadakan untuk
saling mengenal antar sesama peserta. Dalam pertemuan tersebut diharapkan
terjadi pertukaran informasi. Demikian pula guru yang skeptis dan menentang
mungkin akan melihat pembaharuan dari sisi lain, sehingga kemungkinan besar
terjadi perubahan sikap menerima.
Keikutsertaan guru dalam kelompok
sebaiknya bersifat sukarela. Efek yang akan diterima guru-guru sama dengan para
administrator pendidikan, dengan beberapa tambahan sebagai berikut:
a.
Lebih
mampu untuk mendengarkan keluhan siswa.
b.
Mau
menerima pembaharuan melalu peritiwa "siswa menggangu" kelas oleh
siswa tertentu dari pada siswa yang pendiam.
c.
Sangat
perhatian terhadap hubungannya dengan para siswa, begitu juga yang dilakukannya
terhadap isi mata pelajaran.
d.
Masalah
yang timbul dipecahkan bersama dengan para siswa dan tidak melalui tindakan
hukuman.
e.
Mampu
mengembangkan suasana kesamaan hak dan kewajiban sehingga timbul suasana
demokratis di dalam kelas.
3.
Pengembangan
pengalaman kelompok vanp intensif bagi kelas
Caranya mengikutsertakan satu unit
kelas dalam pertemuan lima
hari. Selama lima
hari penuh siswa ikut serta dalam kelompok secara aktif, den^an fasilitator
para guru, administrator pendidikan, dan administrator dari luar. Dengan
kegiatan itu diharapkan menumbuhkan suasana hubungan yang baik antara siswa
yang satu dengan yang lain.
Perubahan yang terjadi pada diri
siswa:
a.
Merasa
bebas mengemukakan pendapatnya didalam kelas
b.
Semangat
untuk belajar bertambah, karenanya timbul persaingan yang sehat untuk pandai.
c.
Memiliki
tenggang rasa dalam hubungan antar siswa di dalam pergaulan sehari- hari.
d.
Tidak
mempunyai rasa tertekan karena tidak mengenal istilah hukuman yang bersifat
fisik.
e.
Dia hormat
dan patuh pada guru maupun admistrator karena adanya wibawa.
f.
Mempunyai
anggapan bahwa dengan belajar akan mampu menghadapi kehidupan masa depan.
4.
Keterlibatan
orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif
Kegiatan ini dapat dikordinasi oleh
persatuan orang tua pada masing-masing sekolah. Kegiatan kelompok berlangsung
selama tiga jam tiap sore selama satu minggu atau dua puluh satu jam selama
tiga hari terus menerus. Jika kemungkinan, pertemuan demikian agar berbarengan
dengan pertemuan unit kelas.
Tujuan utama kegiatan ini adalah
supaya orangtua, staf pengajar dan pimpinan sekolah atau administrator
pendidikan lainnya dapat saling mengenal secara pribadi sehingga memudahkan
pemecahan-pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi dunia pendidikan,
khususnya persekolahan. Carl Rogers juga menyarankan, kalau mungkin ada
pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran kulminasi dari model interpersonal
adalah diselenggarakannya kelompok-kelompok vertical ("vertical groups") yang diikuti oleh
partisipan. Perubahan kurikulum yang berhasil dapat dicapai bila ada hubungan
efektifsecara horizontal dan across status-role lines.
Saran Carl Rogers tersebut adalah
perlunya diadakan pertemnan vertical yang mendobrak hierarki birokrasi dan
status sosial. Peserta kegiatan tersebut terdiri dari dua orang administrator,
dua orang pimpinan sekolah, dua orang stafpengajar dan dua orang siswa.
Kebaikkan dan
Kelemahan Pengembangan Kurikulum Model "Rogers Interpersonal Relation".
Model pengembangan kurikulum ini mengutamakan hubungan
antar pribadi yaitu penciptaan suasana akrab antar unsur-unsur pendidikan yang
terlibat didalam pengembangan kurikulum, yaitu : adnunistrator, pimpinan
sekolah, guru-guru serta para siswa, kebaikkannya antara lain :
a.
Sedikit
kemungkinan terjadinya tekanan hierarld yang bersifat menghambat, sehingga
diharapkan dapat menerapkan kurikulum yang lebih besar.
b.
Masing-masing
unsur pendidikan khususnya yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kurikulum,
yaitu para guru tidak ragu mengemukakan pendapat dan gagasannya dalam
pengembangan kurikulum
c.
Tidak
timbul adanya dominasi kuat dari pihak "pusat/atas" untuk memaksakan kehendak
politik di bidang pendidikan khususnya pengembangan kurikulum.
Ada tampaknya hal yang dapat dianggap sebagai tanda-tanda kelemahan /
kekurangan pada model "Rogers Interpersonal Relation " dalam
pengembangan kurikulum antara lain:
a.
Tampaknya
tidak ada batas hubungan antara siswa dengan guru atau unsur pendidik lainnya,
sehingga dikhawatirkan luntumya rasa hormat pada diri siswa.
b.
Memerlukan
waktu yang lama dan sulit ditargetkan untuk penyelesaian secara tuntas dalam
penyusunan kurikulum baru sebagai hasil dari pengembangan kurikulum.
c.
Memerlukan
biaya yang tidak sedikit, mengingat banyaknya unsur yang terlibat sertajenis
kegiatan yang dilakukan.
d.
Keterlibatan
berbagai unsur pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum tersebut,
kemungkinan besar mengakibatkan kesulitan dalam pengorganisasiannya
Pertanyaan dan
Tugas
a.
Jelaskan
konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.
Sebutkan
dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan,
psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.
Buatlah
satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan
pendidikan!
d.
Rumuskan
seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan /
keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.
Kembangkan
suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Bagan
12-1 Model Interpersonal Relation Rogers
No comments:
Post a Comment