Wednesday 21 November 2012



TOPIK 1 : MODEL ADMISTRATIF Smith, Stanley, Shores
Model admistratif pengembangan kurikulum menggunakan prosedur atas-bawah, lini staf (Topdown, line-staff procedure). Inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari pejabat tingkat atas (Superintendent). Pejabat tersebut membuat keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum dan implementasinya, lalu mengadakan pertemuan dengan staf lini (bawahannya) dan meminta dukungan dari dewan pendidikan (Board of education). Langkah berikutnya adalah membentuk suatu panitia pengarah yang terdiri dari pejabat administratif tingkat atas, seperti asisten superintendent, principals, supervisor, dan guru-guru inti. Panitia pengarah merumuskan rencana umum, mengembangkan panduan kerja, dan menyiapkan rumusan filsafat dan tujuan bagi seluruh sekolah didaerahnya (District). Disamping itu, panitia pengarah dapat mengikutsertakan organisasi diluar sekolah / tokoh masyarakat sebagai panitia penasehat yang bekerja bersama dengan personel sekolah dalam rangka merumuskan berbagai rencana, petunjuk dan tujuan yang hendak dicapai.
Setelah kebijakkan kurikulum dikembangkan, maka panitia pengarah memilih dan menugaskan stafpengajar sebagai panitia pelaksana (panitia kerja) yang bertanggung jawab mengkonstruksikan kurikulum. Panitia im merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum, isi (materi), kegiatan-kegiatan belajar dan sebagainya sesuai dengan pedoman / acuan kebijakan yang telah ditentukan oleh panitia pengarah. Panitia mengerjakan tugasnya diluar jam kerja biasa dan tidak mendapat kompensasi. Kondisi ini diterapkan karena berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk memahami dengan benar kurikulum dan meningkatkan mutu kurikulum itu sendiri.
Setelah panitia kerja (guru-guru) melaksanakan penyusunan kurikulum melalui proses tertentu, selanjutnya kurikulum yang dihasilkan tersebut direvisi oleh panitia pengarah atau panitia tingkat atas lainnya sesuai dengan maksud diadakannya review tersebut. Panitia ini melaksanakan berbagai fungsi-fungsi, sebagai berikut:
1)      Memberi koherensi pada ruang lingkup dan urutan dalam program bidang studi dengan koordinasi bersama panitia guru-guru masing-masing bidang;
2)      Memeriksa kesesuaiannya dengan kebijakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh panitia pengarah;
3)      Menyiapkan gaya dan bentuk susuan material yang siap untuk dipublikasikan
Rencana kurikulum yang iciah direvisi dan final tersebut selanjutnya ditugaskan kepada suatu panitia yang terdiri dari para admimstrator (principals) dan guru-guru untuk melaksanakannya dalam rangka uji coba. Para pelaksana adalah tenaga profesional yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum (mencakup filsafat rasional, tujuan dan metodologinya) uji coba dilaksanakan dalam kondisi pengajaran senyatanya dan keefektifannya dimonitor dengan cara kunjungan kelas, diskusi, evaluasi siswa dan alat-alat lainnya. Berdasarkan hasil uji coba dilakukan modifikasi, dan selanjutnya kurikulum baru tersebut diresmikan pelaksanaanya secara nyata dalam sistem sekolah.
Kelemahan model ini terdapat pada tiga hal, yakni :
1)      Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis, Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas;
2)      Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian . 3) Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.

Pertanyaan dan Tugas
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Bagan 1-1 Model Administratif

TOPIK 2 : MODEL GRASS ROOTS Smith, Stanley, Shores
Model Grass Roots (Akar Rumput) atau arus bawah, berbeda dengan rekayasa model administratif dalam beberapa hal yang berarti. Misalnya model Grass Roots diawali oleh para guru, pembina disekolah dengan mengabaikan metoda pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah (rusak) kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu (spesifik) atau kelas-kelas tertentu.
Orientasi yang demokratis dari rekayasa Model Grass Roots bertanggung jawab membangkitkan apa yang menjadi dua aksioma kemantapan sebuah kurikulum :
1.      Bahwa sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru-guru dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan (konstruksi) dan pengembangannya
2.      Bukan hanya para professional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain harus dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum.
Masalah validitas kedua klaim tersebut tidaklah periu, yang diperlukan adalah definisi yang lebih tepat mengenai peran administrator, gum, ahli kurikulum dan non profesional dalam memerankan perannya di dalam rekayasa kurikulum.
Prinsip Prinsip Model Grass Roots
Guru adalah sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum yang efektif, digambarkan pada (4) prinsip yang menjadi dasar Model Grass Roots, yaitu :
1.      Kurikulum akan baik apabila kemampuan profesioanl guru baik
2.      Kompetensi guru akan membaik apabila guru terlibat secara pribadi dalam masalah-masalah peibaikan (revisi) kurikulum
3.      Jika guru urun rembug dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam memilih, mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan dan menilai hasil maka keterlibataimya paling terjamin.
4.      Karena orang bertemu dalam kelompok, tatap muka, mereka akan dapat memahami satu sama lain lebih baik dan untuk mencapai suatu konsensus berdasarkan prinsip-prinsip dasar, tujuan-tujuan dan rencana-rencana.
Prinsip ini jadi bersifat operasional, karena guru didorong untuk bekeija secara kooperatif dalam merencanakan kurikulum baru. Dorongan terjadi bila administrator menyediakan kepemimpinan, waktu bebas, material dan rangsangan lain yang bersifat kondusif terhadap perencanaan kurikulum. Pada beberapa daerah lokakaiya diorganisasi untuk melaksanakan proses, pada akhir tahun cenderung terfokus pada review kurikulum dan penilaian kebutuhan, sedangkan pada awal tahun bam mereka dapat berhasil mengkonstruksi kurikulum bam. Idealnya lokakarya itu mencakup para administrator, para guru, siswa, orang tua dan anggota masyarakat (tokoh) ditambah dengan konsultan dan personal sumber khusus. Para peserta bekerja atas dasar masalah-masalah tersebut secara demokratis mencapai konsensus. Disini jelas sekali, karena guru-guru terlibat secara mendalam / inti dalam perencanaan dan proses pembuatan keputusan, pengetahuan dan kesepakatan mereka merupakan suatu kebutuhan bagi prosedur implementasi khusus yang dinyatakan oleh model administratif.
Perlu diingat disini para gum terlibat dengan intim pada perencanaan dan pembuatan keputusan, pengetahuan, dan komitmennya dijadikan awal yang baik untuk memenuhi kebutuhan prosedur penerapan tertentu.
Kelemahan rekayasa kurikulum model Grass Roots ini adalah model ini menerapkan metoda partisipasi yang demokratis dalam proses yang khusus, bersifat teknis yang kompleks. Ini tidak berarti bahwa keputusan masyarakat umumnya tidak perlu diperhatikan atau para guru tidak boleh diben peran dalam rekayasa kurikulum. Ini hanya untuk menyatakan bahwa peran dasar pemikiran satu orang satu suara tidak atau belum tentu menghasilkan sesuatu yang terbaik dalam suatu situasi, otoritas tertentu amat diperlukan. Namun perlu diingat pula bahwa model Grass Roots ini lebih memberikan kontribusi awal dalam memperkuat landasan pembuatan keputusan kurikulum dan dalam hal itu model ini bertanggungjawab terhadap keinginan-keinginan masyarakat.

Bagan 2.1. Model Grass Roots

Pertanyaan dan Tugas
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!



TOPIK 3 : MODEL DEMONSTRASI Smith, Stanley, Shores
Usul-usul perubahan secara luas dalam kurikulum sering berkaitan dengan masalah keamanan, kedudukan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Model demonstrasi tadinya hanya satu upaya inovasi kurikulum skala kecil, tetapi kemudian ada upaya untuk menerapkannya dalam revisi kurikulum dalam program yang luas, dan oleh karenanya mendapat oposisi dalam kalangan perguruan tinggi (fakultas yang relevan) dan masyarakat.
Menurut Smith, Stanley dan Shores, model demonstrasi dilaksanakan dalam dua bentuk, yakni :
1.       Bentuk pertama, Guru-guru yang diorganisasi dalam kelompok melaksanakan suatu proyek pengembangan eksperimental kurikulum. Unit ini melakukan pengembangan dan riset intemal sekolah, yang bermaksud menghasilkan segmen baru dari kurikulum, lalu dipertunjukan kepada sekolah dengan harapan dapat diserap oleh sekolah secara keseluruhan. Jadi model ini dimulai dan diorganisasi oleh hirarki administratif serta menyajikan suatu variasi model administratifperekayasaan kurikulum.
2.       Bentuk kedua, model demonstrasi disusun kurang formal dibandingkan dengan model pertama. Beberapa orang guru yang tidak puas terhadap kurikulum yang ada kemudian melakukan eksperimen dalam area tertentu dalam kurikulum dengan maksud menemukan altematif pelaksanaan kurikulum. Berdasarkan eksperimen im diciptakan unit-unit kurikulum yang dinilai berhasil oleh suatu regu penelitian dan pengembangan informal dan kemudian diajukan untuk diserap oleh sekolah. Jadi bentuk model demonstrasi ini mewakili pendekatan the Grass Roots untuk merekayasa kurikulum.
Kesimpulan model ini antara lain:
1.      Kurikulum yang dihasilkan melalui proses ini telah diuji dalam situasi-situasi eksperimental, dan oleh karenanya menyediakan altematif kurikulum yang dapat dilaksanakan dalam praktek dan sistem sekolah
2.      Perubahan dalam bentuk yang spesifik yakni segmen-segmen kurikulum yang dapat dilaksanakan.memudahkan untuk menghadapi hambatan yang sering terjadi bila hendak melakukan revisi secara menyeluruh (sistem yang luas)
3.      Hakekat model demonstrasi berskala kecil memudahkan pendekataan Front terhadap inovasi kurikulum untuk menghindarkan kesenjangan antara dokumen dan pelaksanaannya yang ada pada model administratif
4.      Model demonstrasi khususnya dalam bentuk Grass Roots menggerakkau inisiatif dan sumber guru-guru dan memberdayakan sumber-sumber administratif untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru-guru dalam upaya mengembangkan program-program baru.
Kerugian utama model demonstrasi ialah karena model ini menciptakan pertentangan-pertentangan dikalangan gum. Guru-guru yang tidak ikut serta dalam proses pengembangan kurikulum cenderung menganggap guru-guru yang melakukan eksperimen dengan keraguan dan tidak yakin. Mereka menganggap kalaulah hasil eksperimen itu baik namun kelompok tersebut tidak terbimbing bahkan dianggap elit yang oportunistik. Perasaan dan sikap demikian pada gilirannya menghambat penyerapan terhadap inovasi kurikulum. Karena itu suatu komponen yang penting pada model demonstrasi adalah perlu diadakannya komunikasi terbuka antara guru-guru yang melakukan eksperimen dengan pihak berwenang (misalnya perguruan tinggi yang terkait), yang bertujuan untuk mencegah rasa keraguan / rasa tidak diikutsertakan, sebaiknya kelompok eksperimen melakukan serangkaian demonstrasi hasil-hasil pekerjaan mereka untuk memuaskan berbagai pihak, misalnya perguruan tinggi dan para siswa sehingga inovasi kurikulum yang telah mereka lakukan bukan hanya eksperimental belaka melainkan dapat diserap dan dilaksanakan dalam lingkungan sistem sekolah.
Bagan 3-1 Model Demonstrasi

Pertanyaan dan Tugas
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspck-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!


TOPIK 4 : MODEL BEAUCHAMP
Model pengembangan kurikulum ini sesuai dengan nama orang yang menciptakannya yaitu seorang ahli kurikulum yang bemama Beauchamp. Menurut Beauchamp untuk nierancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima (5) langkah berikut:
Langkah Pertama :
Pejabat pemerintah yang berwenang dalam pengembangan kurikulum harus menentukan lebih dahulu lokasi atau wilayah yang akan dijadikan pilot proyek untuk pengembangan kurikulum. Pemilahan lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau nasional, maka wilayah atau lokasi yang akan dijadikan pilot proyek adalah propinsi, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro maka kabupaten dapat dijadikan lokasi pilot proyek.
Langkah Kedua :
Setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot proyek sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan personalia yang akan ikut terlibat di dalam pengembangan kurikulum. Beauchamp melibatkan orang-orang dari staf ahli kurikulum, pakar kurikulum dari perguruan tinggi dan guru-guru sekolah yang telah dipilih, pakar pendidikan, masyarakat yang dihimpun dari berbagai kalangan yaitu dari pengarang atau penulis, penerbit, politikus, pejabat pemerintah, pengusaha dan industriawan
Langkah Ketiga :
Bila personalia sudah disusun dengan baik maka langkah berikutnya adalah pengorganisasian person-person tersebut dalam lima (5) tim yang terdiri dari :
1.      Tim pengembang kurikulum
2.      Tim peneliti kurikulum yang sedang dipakai atau sedang dipergunakan
3.      Tim untuk mempelajari kemungkinan penyusunan kurikulum bam
4.      Tim perumus untuk kriteria-kriteria kurikulum yang akan disusun.
5.      Tim penyusun dan penulis kurikulum baru
Sedangkan prosedur kerja yang akan dilalui adalah se bagi berikut :
a.       Merumuskan tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus
b.      Memilih atau menseleksi materi
c.       Menentukan pengalaman belajar
d.      Menentukan kegiatan dan evaluasi
e.       Menentukan desain
Langkah Keempat :
Pada langkah ini ditentukan implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum mempakan pekerjaan yng cukup rumit karena membutuhkan kesiapan dalam banyak hal, seperti guru sebagai pelaksana kurikulum dikelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator sekolah.
Langkah Kelima :
Setelah semua kebutuhan untuk kepentingan pelaksanaan atau implementasi terpenuhi dan sudah dapat dilaksanakan, maka langkah berikutnya yang merupakan langkah terakhir dari pengembangan kurikulum model beauchamp adalah mengevaluasi kurikulum.
Beauchamp mengemukakan hal-hal yang harus dievaluasi, yaitu :
a.       Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru
b.      Evaluasi terhadap desain kurikulum
c.       Evaluasi terhadap hasil belajar siswa
d.      Evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum
Hasil dari kegiatan evalusi ini akan dijadikan untuk penyempumaan desain sistem serta prinsip-prinsip pelaksanaannya. Suatu hal yang perlu diingat bahwa pada tahap atau langkah kedua berupa organisasi dan prosedur Beauchamp, tampaknya menerangkan keterlibatan kelompok-kelompok personalia sehingga timbul pertanyaan-pertanyan sebagai berikut :
Haruskah kelompok ahli, pejabat, profesi yang telah disebutkan diatas dilibatkan dalam pengembangan kurikulum? Apabila jawaban dari pertanyaan tersebut ya, maka apa saja peranan mereka itu? Apakah mungkin didapatkan alat dan teknik yang paling efektif untuk melakukan peran tersebut? dengan demikian tergambar bahwa sebaiknya wilayah atau lokasi pilot proyek diambil dari wilayah kecil saja, dan semakin kecil wilayah maka keterlibatan dan peranan guru akan semakin besar. Guru harus berperan secara ikhlas dengan menunjukaan sikap dan rasa saling, menghormati dalam memberikan pelajaran dan diluarjam pelajaran.
Pertanyaan dan Tugas
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kult"ral, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang pen^rapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)
Bagan A - 4 Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp



TOPIK 7 : INVERTED MODEL TABA
Perekayasaan kurikulum secara tradisional dilakukan oleh suatu panitia yang dipilih. Panitia ini bertugas :
1)      Mempelajari daerah-daerah fundasional dan mengembangkan rumusan kesepakatan fundasional;
2)      Merumuskan Desain kurikulum secara menyeluruh berdasarkan kesepakatan yang telah dirumuskan;
3)      Mengkonstruksi unit-unit kurikulum sesuai dengan kerangka desain;
4)      Melaksanakan kurikulum pada tingkat atas.
Taba percaya bahwa esensial proses deduktif ini cendemng untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif, sebab membatasi kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Taba menyatakan bahwa :
1.      Bila perubahan nilai dari mendesain ulang kerangka yang menyeluruh maka sebelumnya harus ditetapkan lebih dahulu suatu pola yang akan dipelajari dan diuji.
2.      Panitia penyusunan kurikulum yang tradisional itu dapat menduduld rencana-rencana kurikulum yang bermanfaat, bagian dari desain itu sendiri hanya atas dasar logika bukan empirik
3.      Karena mereka tidak melakukan pengujian secara empirik, kurikulum yang dihasilkan cenderung merupakan skema / sket bagan yang sangat umum dan abstrak dan sedikit membantu untuk melaksanakan praktek instruksional
Ketiga masalah tersebut menunjukkan efesiensi perekayasaan kurikulum yang tradisional dan kesenjangan antara teori dan praktek. Suatu contoh adanya disfungsi dalam teori praktek terdapat pada core kurikulum yang dirancang untuk mengajukan (1) Integrasi isi / materi, (2) Hubungan dengan kebutuhan siswa-Jalannya praktek core tersebut umumnya hanya merupakan reorganisasi administratif, block of time mata ajaran-mata ajaran yang terpisah-pisali, dan dimana masalah-masalah kehidupan terisolasi dari materi (content) yang valid. Bentuk core yang dilaksanakan berdasarkan rekayasa deduktif menghasilkan pemisahan teori dan praktek
Taba mengajukan pandangan yang berlawanan dengan urutan tradisional dengan mengembangkan inverted model, yakni : langkah awal dimulai dari perencanaan unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan diawali aengan desain kerangka (framework) yang umum. Urut-unit tersebut diuji / dilaksanakan dalam kelas, yang ada pada gilirannya digunakan sebagai dasar empirik untuk menentukan desain yang menyeluruh (overall design). Keuntungan digunakannya inverted sequence ini ialah :
1)      Membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis.
2)      Kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh umtan tradisional
3)      Kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada
Langkah-langkah pengembangan kurikulum Hilda Taba (1962) mengemukakan perekayasaan kurikulum terdiri atas 5 langkah berurutan, ialah :
Langkah Pertama, Experimental Production of Pilot Units.
Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2) Eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya. Unit eksperimen ini dirancang melalui delapan kegiatan sebagai berikut :


1.      Diagnosing needs.
Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutnhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan
2.      Formulating Specific Objectives.
Formulasi tujuan-tujuan khusus, sebagai penjabaran dari tujuan umum yang dimmuskan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi yang menjadi titik berat pada teaching leaming unit. Namun demikian tidak semua tujuan khusus tersebut dapat tercapai oleh masing-masing imit.
3.      Selecting Content,
Pemilihan isi (materi) berdasarkan kesepadanan dengan tujuan khusus, dan harus mempertimbangkan tingkat validitas dan signifikannya. Karena itu periu dilakukan seleksi terhadap tingkatan isi (materi) yang meliputi pemilihan topik utama, pemilihan ide-ide dasar dan pemilihan materi khusus.
4.      Organizing Content.
Pengorganisasian materi dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan awal serta minat siswa. Pengorganisasian isi disusun dari konkrit keabstrak dan dari mudah ke sulit.
5.      Selecting Learning Experiences (Avtivities).
Pengalaman belajar disusun dengan maksud terjadi interaksi antara siswa dan materi pelajaran. Karena setiap materi memiliki beberapa fimgsi tertentu, maka perlu dilakukan penyeleksian pengalaman belajar dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
v  Apakah kegiatan sesuai untuk mempelajari ide-ide utama?
v  Apakah kegiatan dapat mencapai tujuan teaching leaming unit?
v  Apakah kegiatan efesien untuk melayani lebih dari satu tujuan?
v  Apakah kegiatan dapat meningkatkan kegiatan belajar?
v  Apakah kegiatan dapat mengembangkan keterampilan siswa?


6.      Organizing Leaming Experiences Avtivities
Pengalaman belajar siswa disusun dan diorganisasikan dengan sekuensi dan organisasi materi (content). Kegiatan belajar siswa diarahkan dari induktif kegeneralisasi dan abstraksi serta difokuskan pada pengembangan ide-ide utama, langkah-langkah perolehan konsep dan prilaku yang baik.
7.      Evaluating.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan unit oleh siswa. Hasil evaluasi berguna untuk menentukan tujuan, diagnosis kesulitan belajar, serta penilaian dalam rangka pengembangan dan revisi kurikulum.
8.      Checking for Balance and Seguence
Setelah garis besar teaching leaming dirancang lengkap, selanjutnya perlu dicek konsistensi antara semua bagian yang berkenaan dengan keseimbangan dan urutan topik-topik yang telah tersusun atau unsur-unsur dalam unit tersebut
Langkah Kedua, Testing of Experimental Units
Teaching-leaming units yang dihasilkan pada langkah pertama perlu diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang berbeda-beda gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran unit. Hasil uji coba menjadi masukan bagi penyempumaan draft kurikulum.
Langkah Ketiga, Revising dan Consolidating
Revisi dan penyempumaan draft teaching leammg units dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching leaming units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
Langkah Keempat Developing a Framework
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum dilakukan guna menjamin :
·         Apakah ide-ide dan konsep-konsep dasar yang digunakan telah terakomodasi?
·         Apakah lingkup isi telah memadai?
·         Apakah isi telah tersusun berurutan secara logis?
·         Apakah aktivitas pembelajarannya memberikan peluang untuk pengembangan keterampilan mtelektual dan pemahaman emosi secara kumulatif.
Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan diidentifikasikan.
Langkah Keempat, Instalation and Desimination of The New Unit
Instalasi dan desiminasi adalah peresmian dan penyebarluasan kurikulum hasil pengembangan, sebagai sub sistem pada sistem sekolah secara menyeluruh. Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Pertanyaan dan Tugas
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!

Bagan 7-1 Prosedur Pengembangan Kurikulum Inverted Model Taba


TOPIK 8 : MODEL TYLER
Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles of Cumculum and Intruducion, Tyler merumuskan empat pertanyaan sentral yang memintajawaban secara rasional bagi perencanaan kurikulum ialah :
1)      Apa tujuan yang harus dicapai oleh sekolah?
2)      Apa pengalaman-pengalaman belajar yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut?
3)      Bagaimana mengorganisasikan pengalaman-pengalaman tersebut?
4)      Bagaiman kita dapat memutuskan apakah tujuan-tujuan tersebut tercapai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan, bahwa perencanaan kurikulum dapat menjadi suatu proses yang dikontrol dan logis, dimana langkah pertama adalah yang paling penting
Kerangka kerja ini besar pengaruhnya di USA, karena keputusan-keputusan utama mengenai isi kurikulum dibuat oleh dewan pendidikan setempat (lokal). Dengan kerangka kerja ini, publik dapat menilai pekerjaan sekolah dengan membandingkan antara tujuan-tujuan dengan hasil yang dicapai
Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum:
Langkah l: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan umum (tentative general objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat (fimgsi yang diperlukan) dan subject matter.
Langkah 2: Setelah mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi Tujuan pembelajaran khusus dan meyebutkannya juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai saringan pertama untuk tujuan ini
Selanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai yang didapat dan mengilustrasikannya dengan memberi tekanan pada empat tujuan demokratis. Untuk melaksanakan penyaringan, para pendidik harus menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang baik, dan psikologi belajar memberikan ide mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan waktu untuk melaksanakan kegiatan secara efesien. Tyler pun menyarankan agar pendidik memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat :
·         Mengembangkan kemampuan berpikir
·         Menolong dalam memperoleh informasi
·         Mengembangkan sikap masyarakat
·         Mengembangkan minat
·         Mengembangkan sikap kemasyarakatan
Langkah 3: Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan. Penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman yang telah dimililiki oleh peserta didik.
Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi
Langkah 5: Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan.
Langkah 6: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting dalam pengembangan kurikulum
Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949) memperingatkan agar dibedakan antara konten (isi) pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman-pengalaman belajar, karena pengalaman belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dan dialami anak-anak didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan konten (isi) dan kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang mereka peroleh harus bermuara pada pemberian pengalaman para pelajar yang dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi kurikulum diatas kelihatan bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang sempit atau dari segi yang luas (sebagai pengalaman yang diperoleh di sekolah atau diluar sekolah).
Pertanyaan dan Tugas:
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Kelemahan:
-          Dalam gambar adanya pemisahan 3 sumber yang sama tanpa adanya interaksi
-          Dapat menimbulkan proses yang mekanik jika nampak ketiga sumber tersebut terpisah

Bagan 8 - 1 Model Tyler



TOPIK 12 : MODEL "ROGERS INTERPERSONAL RELATION"
Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang memiliki ide-ide yang penting perannya dalam teori dan praktek para spesialis kurikulum. Dia sangat terkenal dengan pendekatan "nondirectve" dan "humanistic" dalam pengajaran dan perencanaan kurikulum.
Rogers memperluas tentang terapi sebagai suatu model belajar untuk pendidikan : ia percaya bahwa hubungan antar insani yang positif memungkinkan orang tumbuh dan oleh karenanya pengajaran harus berdasarkan konsep human relation bukan pada mata pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang memiliki personal relationship dengan siswa dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan mereka (Bruce Joyce, 1980 h. 149)
Perkembangan Kurikulum Model" Rogers Interpersonal Relation "
Muriel Crosby dalam bukunya yang berjudul "Who changes the Curriculum and?" dan diterbitkan oleh Allyn & Bacon Publishers pada tahun 1970 mengungkapkan : "perubahan kurikulum adalah perubahan manusia" (Curriculum change is people change) sangat berkait erat dengan konsep yang dikemukakan Carl Rogers melalui model pengembangan kurikulum yang berpusat pada perubahan manusia (people change).
Menurut Carl Rogers, bahwa manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing) dan sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi berhubung ada hambatan-hambatan, maka ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.
Salah satu cara untuk proses itu adalah melalui proses pendidikan, sebab pendidikan merupakan upaya untuk memperlancar dan mempercepat perubahan pada diri manusia, Guru serta unsur-unsur pendidik lainnya bukan sebagai pemberi informasi atau penentu perkembangan anak, tetapi mereka hanya pendorong dan yang memperlancar perkembangan individu yang belajar.
Dengan model pengembangan kurikulum interpersonal relation ini, Carl Rogers berpendapat, bahwa kurikulum diperlakukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes dan adaptif terhadap situasi perubahan.
Kurikulum tersebut hanya dapat disusun dan diterapkan oleh unsur-unsur pendidikan serta yang lainnya yang terbuka, luwes dan berorientasi pada proses. Untuk itu diperiukan pengalaman kelompok dalam latihan sensitif (sensitivity traming).
Ada empat tahap dalam pengembangan kurikulum model "Rogers Interpersonal Relation", yaitu:
1.      Pemilihan suatu target sistem pendidikan
Penentuan target ini berdasarkan kriteria yang menjadi pegangan yakni adanya kesediaan dari administrator / pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok intensif
Selama satu minggu para administrator / pejabat pendidikan melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang rileks / tidak formal, untuk itu diperlukan suatu tempat khusus yang agak terpisahjauh dari kehidupan kerja.
Melalui kegiatan kelompok itu, mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:
a.       Tidak terlalu mempertahankan pendiriannya, sehingga dapat menerima saran orang lain.
b.      Lebih mudah untuk menerima ide-ide pembaharuan.
c.       Mampu mengurangi kekuasaan birokratis.
d.      Komunikasinya lebih jelas serta realistis terhadap atasan, teman sebaya dan bawahan
e.       Lebih berorientasi pada sifat kemanusiaan dan demokratis
f.       Lebih terbuka untuk menyelesaikan perselisihan antar sesama anggota kelompok.
g.      Lebih mampu untuk menerima saran dan kritik demi perbaikan.
2.      Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
Pertemuan selama seminggu atau pertemuan yang diadakan dalam minggu akhir yang panjang perlu diadakan untuk saling mengenal antar sesama peserta. Dalam pertemuan tersebut diharapkan terjadi pertukaran informasi. Demikian pula guru yang skeptis dan menentang mungkin akan melihat pembaharuan dari sisi lain, sehingga kemungkinan besar terjadi perubahan sikap menerima.
Keikutsertaan guru dalam kelompok sebaiknya bersifat sukarela. Efek yang akan diterima guru-guru sama dengan para administrator pendidikan, dengan beberapa tambahan sebagai berikut:
a.       Lebih mampu untuk mendengarkan keluhan siswa.
b.      Mau menerima pembaharuan melalu peritiwa "siswa menggangu" kelas oleh siswa tertentu dari pada siswa yang pendiam.
c.       Sangat perhatian terhadap hubungannya dengan para siswa, begitu juga yang dilakukannya terhadap isi mata pelajaran.
d.      Masalah yang timbul dipecahkan bersama dengan para siswa dan tidak melalui tindakan hukuman.
e.       Mampu mengembangkan suasana kesamaan hak dan kewajiban sehingga timbul suasana demokratis di dalam kelas.
3.      Pengembangan pengalaman kelompok vanp intensif bagi kelas
Caranya mengikutsertakan satu unit kelas dalam pertemuan lima hari. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kelompok secara aktif, den^an fasilitator para guru, administrator pendidikan, dan administrator dari luar. Dengan kegiatan itu diharapkan menumbuhkan suasana hubungan yang baik antara siswa yang satu dengan yang lain.
Perubahan yang terjadi pada diri siswa:
a.       Merasa bebas mengemukakan pendapatnya didalam kelas
b.      Semangat untuk belajar bertambah, karenanya timbul persaingan yang sehat untuk pandai.
c.       Memiliki tenggang rasa dalam hubungan antar siswa di dalam pergaulan sehari- hari.
d.      Tidak mempunyai rasa tertekan karena tidak mengenal istilah hukuman yang bersifat fisik.
e.       Dia hormat dan patuh pada guru maupun admistrator karena adanya wibawa.
f.       Mempunyai anggapan bahwa dengan belajar akan mampu menghadapi kehidupan masa depan.
4.      Keterlibatan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif
Kegiatan ini dapat dikordinasi oleh persatuan orang tua pada masing-masing sekolah. Kegiatan kelompok berlangsung selama tiga jam tiap sore selama satu minggu atau dua puluh satu jam selama tiga hari terus menerus. Jika kemungkinan, pertemuan demikian agar berbarengan dengan pertemuan unit kelas.
Tujuan utama kegiatan ini adalah supaya orangtua, staf pengajar dan pimpinan sekolah atau administrator pendidikan lainnya dapat saling mengenal secara pribadi sehingga memudahkan pemecahan-pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi dunia pendidikan, khususnya persekolahan. Carl Rogers juga menyarankan, kalau mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran kulminasi dari model interpersonal adalah diselenggarakannya kelompok-kelompok vertical ("vertical groups") yang diikuti oleh partisipan. Perubahan kurikulum yang berhasil dapat dicapai bila ada hubungan efektifsecara horizontal dan across status-role lines.
Saran Carl Rogers tersebut adalah perlunya diadakan pertemnan vertical yang mendobrak hierarki birokrasi dan status sosial. Peserta kegiatan tersebut terdiri dari dua orang administrator, dua orang pimpinan sekolah, dua orang stafpengajar dan dua orang siswa.
Kebaikkan dan Kelemahan Pengembangan Kurikulum Model "Rogers Interpersonal Relation".
Model pengembangan kurikulum ini mengutamakan hubungan antar pribadi yaitu penciptaan suasana akrab antar unsur-unsur pendidikan yang terlibat didalam pengembangan kurikulum, yaitu : adnunistrator, pimpinan sekolah, guru-guru serta para siswa, kebaikkannya antara lain :
a.         Sedikit kemungkinan terjadinya tekanan hierarld yang bersifat menghambat, sehingga diharapkan dapat menerapkan kurikulum yang lebih besar.
b.         Masing-masing unsur pendidikan khususnya yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu para guru tidak ragu mengemukakan pendapat dan gagasannya dalam pengembangan kurikulum
c.         Tidak timbul adanya dominasi kuat dari pihak "pusat/atas" untuk memaksakan kehendak politik di bidang pendidikan khususnya pengembangan kurikulum.
Ada tampaknya hal yang dapat dianggap sebagai tanda-tanda kelemahan / kekurangan pada model "Rogers Interpersonal Relation " dalam pengembangan kurikulum antara lain:
a.       Tampaknya tidak ada batas hubungan antara siswa dengan guru atau unsur pendidik lainnya, sehingga dikhawatirkan luntumya rasa hormat pada diri siswa.
b.      Memerlukan waktu yang lama dan sulit ditargetkan untuk penyelesaian secara tuntas dalam penyusunan kurikulum baru sebagai hasil dari pengembangan kurikulum.
c.       Memerlukan biaya yang tidak sedikit, mengingat banyaknya unsur yang terlibat sertajenis kegiatan yang dilakukan.
d.      Keterlibatan berbagai unsur pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum tersebut, kemungkinan besar mengakibatkan kesulitan dalam pengorganisasiannya
Pertanyaan dan Tugas
a.       Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut!
b.      Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen!
c.       Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!
d.      Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut!
e.       Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!
Bagan 12-1 Model Interpersonal Relation Rogers

No comments:

Post a Comment

Links

Al-Qur'an Widget by Blogger Tutorial Blog
Designed by Animart Powered by Blogger