Ucapan ini: Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin,
merupakan ucapan yang biasa disampaikan dan diterima oleh kaum muslimin
di hari lebaran baik melalui lisan ataupun kartu ucapan idul fitri. Ada
dua kalimat yang diambil dari bahasa arab di sana, yaitu kalimat ke dua
dan tiga. Apakah arti kedua kalimat itu? Dari mana asal-usulnya?
Sebagian orang kadang cukup mengucapkan minal ‘aidin wal faizin dengan
bermaksud meminta maaf. Benarkah dua kalimat yang terakhir memiliki
makna yang sama?
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian.
Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para
sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga
puasaku dan kalian diterima.
Jadi
kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa
digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin
(Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan
aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin. Kalau dalam tulisan bahasa arab: من
العاءدين و الفاءيزين )
Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri. ‘Id itu artinya kembali,
maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan
yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya
tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari
raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang
yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau
kesucian, asal kejadian)
Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang.
Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan
dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal mentnjukkan bagian dari
sesuatu.
Sebenarnya
ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini,
yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya
kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita)
bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan
orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha
Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir
batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan
tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.
Wallahu a’lam.